Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2016, 12:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - "Studi menemukan, kualitas tidur yang buruk bisa menjadi awal suasana hati yang buruk, yang pada gilirannya, memperburuk kualitas hidup secara keseluruhan," kata pemimpin penulis David A. Kalmbach dari University of Michigan Medical School di Ann Arbor.

 

Lebih penting, ia menambahkan, hubungan antara kurang tidur dan depresi tak hanya dialami oleh wanita penderita insomnia atau sedang mengalami depresi, namun juga bagi wanita muda yang sehat.

 

Untuk melihat hubungan tersebut, para peneliti melibatkan 171 mahasiswa wanita dalam penelitian selama dua minggu.

 

Dimulai dengan penilaian kuesioner tentang tingkat kecemasan dan depresi dan dilanjutkan dengan laporan harian tentang suasana hati dan kecemasan.

 

Para responden juga melaporkan waktu tidur mereka, jam berapa mereka tertidur dan bangun, serta peringkat kualitas tidur setiap malam.

 

Rata-rata, wanita muda tersebut tidur selama 7 jam 22 menit setiap malam, dan membutuhkan waktu sekitar 21 menit untuk bisa tertidur lelap. Secara keseluruhan, kualitas tidur mereka dinilai "cukup baik".

 

Namun, bagi wanita yang memiliki jam tidur kurang dari 7 jam per malam selama periode dua minggu cenderung melaporkan "anhedonic" atau gejala depresi yang lebih besar, yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menikmati hal-hal yang menyenangkan, kurangnya konsentrasi, dan kemampuan mengingat.

 

Penelitian yang dirilis dalam jurnal Sleep Medicine ini juga menemukan, satu malam kurang tidur mungkin dapat meningkatkan mood di hari berikutnya. Sayangnya, efek terapi dari satu malam kurang tidur tersebut hanya berlangsung selama satu hari. Bila kurang tidur berlangsung konstan dan menjadi kronis, maka risiko depresi meningkat secara drastis.

 

Walau kurang tidur dapat memicu depresi, depresi yang sedang dihadapi oleh wanita juga bisa menjadi pemicu sulit tidur, kata peneliti. Sehingga, depresi dan kurang tidur seakan membentuk sebuah lingkaran yang saling berkaitan satu sama lain.

 

“Ketika wanita merasa tertekan atau depresi, mereka kerap mengalami sulit tidur atau membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dan cenderung mengalami kualitas tidur yang buruk. Sehingga, pengobatan depresi dan kecemasan dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kualitas tidur. Dengan kata lain, masalah tidur bisa memperburuk suasana hati, suasana hati yang buruk juga bisa memperburuk kualitas tidur,” kata Kalmbach kepada Reuters Health melalui email.

 

"Sebenarnya tak hanya wanita muda, kaitan antara tidur dan suasana hati juga kerap dialami oleh pria dan wanita yang lebih tua.”

 

Kalmbach menambahkan, orang-orang yang memiliki gangguan tidur sebaiknya mencari bantuan dari seorang psikolog tidur untuk mendiskusikan pilihan pengobatan.

 

Sebab, kurang tidur bisa menjadi gejala awal depresi, dan ketika masalah tidur tidak ditangani, depresi akan semakin bertambah dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau