Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentimen Anti-Gay Hambat Target Pengendalian AIDS

Kompas.com - 12/10/2016, 07:00 WIB

KOMPAS.com - Meningkatnya sentimen anti-gay di Indonesia dianggap bisa menghambat upaya pengendalian infeksi HIV pada kelompok yang beresiko. Kondisi tersebut mengancam tak tercapainya target mengakhiri epidemi AIDS di tahun 2030.

Walau secara global infeksi baru HIV turun, tetapi Indonesia adalah satu satu negara yang justru mengalami peningkatan angka penularan, terutama pada pria homoseksual dan lelaki berhubungan seks dengan lelaki.

Menurut data Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia (KPAI), prevalensi HIV pada kelompok pria gay naik 25,8 persen tahun 2015 dari 5,4 persen di tahun 2007.

"Dalam hal jumlah, kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki adalah yang paling cepat peningkatannya," kata Kemal Siregar, sekretaris KPAI, seperti dikutip Thomson Reuters Foundation.

Asia Pasifik merupakan wilayah dengan jumlah orang dengan HIV terbanyak kedua di dunia, dengan India, Indonesia, dan China yang menyumbang tiga perempat infeksi baru di tahun 2015.

Menurut UNAIDS, Afrika Selatan memiliki angka orang dengan HIV tertinggi di dunia. Menurut badan tersebut, diperkirakan 690.000 orang yang terinfeksi HIV hidup di Indonesia.

Kemal mengatakan, saat ini ada "ketidakpastian" dalam pencapaian target Indonesia dalam mengakhiri epidemi AIDS di tahun 2030. Terlebih upaya untuk mendekati kelompok lelaki berhubungan seks dengan lelaki, yang disebut sebagai populasi tersembunyi, semakin sulit karena adanya stigma.

Kekhawatiran itu tidak beralasan, merujuk pada penolakan pada kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender), di awal tahun 2016.

Langkah pengendalian HIV/AIDS juga terhambat dengan berkurangnya donasi dari lembaga donor asing karena peningkatan kondisi ekonomi Indonesia dan lesunya perekonomian dunia.

Padahal, dana dari luar negeri selama ini menjadi sumber pendanaan utama program pencegahan HIV.

"Bila tidak ada dana dari luar, sulit untuk menggapai kelompok tersebut karena dana dari pemerintah kebanyakan dipakai untuk perawatan dan pengobatan, bukan pencegahan," katanya.

Komunitas LGBT selama ini sebenarnya cukup ditoleransi di Indonesia. Mereka hidup damai berdampingan dengan masyarakat luas, terutama di wilayah perkotaan.  Tetapi setelah kontroversi ucapan seorang Menteri yang mengatakan komunitas ini dilarang ada di kampus, terjadi penolakan keras terhadap komunitas LGBT di masyarakat. Stigma terhadap kaum LGBT pun menjadi kuat.

Kemal mengatakan, KPAI terus melakukan upaya untuk menjangkau kelompok homoseksual dan berencana mendirikan klinik-klinik yang ramah pada kelompok ini di 10 kota. Para tenaga kesehatan juga akan dilatih untuk bisa berkomunikasi dan memberikan pelayanan tanpa stigma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau