KOMPAS.com – Perayaan Natal 2019 sebentar lagi tiba. Umat kristiani dan nasrani di Indonesia biasanya akan mewarnai Natal dengan menyediakan bermacam makanan.
Banyak keluarga akan menyajikan hidangan untuk kerabat di meja tamu maupun makanan besar guna disantap bersama-sama di meja makan.
Beberapa makanan khas yang biasanya muncul saat Natal, antara lain ginger bread atau roti jahe, roasted turkey, yorkshire puding, pie apel, fruity stolen cake, cheese cake, roast beef, saus kranberi, hingga smoke salmon.
Selain itu, besar kemungkinan juga akan tersaji di rumah-rumah berbagai minuman segar nan manis, seperti soda, jus, sirup, teh, dan lain sebagainya.
Semua makanan dan minuman itu tentu baik apabila dikonsumsi secara bijak.
Namun juga sebaliknya, apabila makanan dan minuman dikonsumsi secara berlebihan akan berisiko menimbulkan masalah kesehatan.
Terlebih, beberapa jenis makanan dan minuman yang kerap ditemui saat perayaan Natal bersifat manis.
Melansir dari Health Line, ada beberapa risiko yang bisa dialami seseorang apabila terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula. Berikut ini bahayanya:
1. Terserang obesitas
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula menjadi penyebab utama seseorang bisa mengalami obesitas.
Makanan yang dicampur dengan gula maupun minuman yang dimaniskan dengan gula, seperti soda, jus, dan teh manis diketahui mengandung fruktosa, sejenis gula sederhana.
Mengkonsumsi fruktosa ini dapat meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk memakan makanan dari glukosa, jenis gula utama yang ditemukan dalam makanan bertepung.
Selain itu, konsumsi fruktosa yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi terhadap leptin, hormon penting yang mengatur rasa lapar dan memberitahu tubuh untuk berhenti makan.
Dengan kata lain, konsumsi makanan dan minuman manis dapat membuat seseorang ingin terus makan dan minum. Hal Ini tentu berpotensi menyebabkan penambahan berat badan.
Selain itu, makan banyak makanan yang dimaniskan maupun minum banyak minuman yang dimaniskan dengan gula dikaitkan erat dengan peningkatan jumlah lemak visceral.
Lemak visceral adalah sejenis lemak perut yang erat kaitannya dengan pemicu penyakit diabetes.
2. Risiko penyakit jantung
Bukti menunjukkan bahwa konsumsi tinggi gula dapat menyebabkan obesitas, peradangan dan trigliserida tinggi, hingga gula darah dan tekanan darah tinggi.
Semua itu adalah faktor risiko penyakit jantung.
Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi gula, terutama dari minuman yang dimaniskan, telah dikaitkan dengan aterosklerosis, yakni penyakit yang ditandai oleh deposit lemak yang menyumbat arteri.
Sebuah studi yang melibatkan 30.000 orang lebih menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 17-21 persen kalori dari gula tambahan memiliki risiko 38 persen lebih besar meninggal akibat penyakit jantung.
Persentase itu lebih tinggai dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi 8 persen kalori dari gula tambahan.
3. Muncul masalah jerawat
Konsumsi tinggi karbohidrat olahan, termasuk makanan dan minuman manis, telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena jerawat.
Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti permen olahan dalat meningkatkan gula darah seseorang lebih cepat daripada makanan dengan indeks glikemik lebih rendah.
Makan makanan manis terbukti bisa cepat meningkatkan kadar gula dan insulin dalam darah sehingga menyebabkan peningkatan sekresi androgen, yakni produksi minyak dan peradangan yang memicu berkembangnya jerawat.
4. Meningkatkan risiko terkena kanker
Mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena kanker tertentu.
Dasarnya, konsumsi makanan dan minuman manis dapat menyebabkan obesitas yang secara signifikan meningkatkan risiko kanker.
Selain itu, konsumsi makanan dan minuman tinggi gula meningkatkan peradangan dalam tubuh dan dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga meningkatkan risiko kanker.
Sebuah studi di lebih dari 430.000 orang menemukan bahwa konsumsi gula tambahan berkaitan erat dengan peningkatan risiko terkena kanker kerongkongan, kanker rongga dada dan kanker usus kecil.
5. Menguras energi
Makanan tinggi gula tambahan dapat meningkatkan kadar gula darah dan insulin yang menyebabkan peningkatan energi.
Namun, kenaikan tingkat energi ini cepat berlalu.
Konsumsi makanan sarat dengan gula tetapi minim protein, serat atau lemak dapat menyebabkan peningkatan energi singkat tapi diikuti oleh penurunan tajam dalam gula darah.
Kondisi ini sering disebut sebagai crash.
Untuk menghindari siklus pengurasan energi ini, pilihlah sumber karbohidrat yang rendah gula tambahan dan kaya serat.
Memasangkan karbohidrat dengan protein atau lemak adalah cara lain yang bagus untuk menjaga gula darah dan tingkat energi tetap stabil.
Misalnya, makan apel bersama dengan sedikit almond adalah camilan yang sangat baik untuk tingkat energi yang konsisten dan lama.
https://health.kompas.com/read/2019/12/23/203300968/makanan-manis-berlimpah-saat-libur-natal-awas-5-bahaya-kesehatan-ini