Banyak orang mungkin akan menghabiskan waktu liburnya dengan melancong menyambangi destinasi impiannya.
Agar tak timbul masalah di kemudian hari, kita sewajarnya perlu mempersiapkan berbagai hal sebelum keluar rumah.
Salah satu barang yang penting untuk kita bawa ketika liburan apalagi hingga berhari-hari adalah handuk. Hindari penggunaan handuk secara bergantian, termasuk dengan pasangan.
Melansir dari laman berita Metro (12/12/2019), merek ternama penyedia perlengkapan kamar mandi Drench belum lama ini merilis penelitian mengenai kondisi handuk yang digunakan bergantian oleh pasangan.
Hasil riset menunjukkan bahwa handuk yang digunakan bersama berisiko menularkan bakteri E. coli, Staphylococcus, sampai jamur penyebab kurap.
Drench meneliti kebiasan mandi sejumlah pasangan yang telah hidup bersama lebih dari lima tahun.
Dari riset tersebut, 56 persen mengaku doyan berbagi handuk. Padahal, 14 persen handuk yang mereka gunakan terkontaminasi E. coli. Bakteri jenis ini jamak ditemui dari kotoran manusia.
Bakteri pemicu kurap hingga infeksi paru
Menggunakan handuk sendiri-sendiri memang bukan jaminan seseorang bisa terbebas dari penyakit akibat bakteri.
Namun, risiko bahaya kesehatan menjadi berlipat apabila kita sampai berbagi handuk tersebut.
Terutama jika handuk tersebut dalam keadaan lembap dan tergantung di kamar mandi hotel atau tempat penginapan saat liburan.
Handuk itu bisa jadi tempat ideal berkembang biaknya bakteri dan kuman.
"Jika digunakan berulang oleh orang berlainan, handuk ini minim kesempatan untuk benar-benar bisa kering. Kondisi itu dapat menjadi celah untuk bakteri berkembang," jelas Dr Diana Gall.
Menurut Gall, salah satu bakteri yang jamak hinggap di handuk lembap adalah E. coli.
Kontaminasi E. coli ini bisa sampai menyebabkan infeksi saluran kemih.
Risiko lain adalah bakteri Staphylococcus yang menjadi biang infeksi staph dengan gejala bisul hingga ruam pada kulit.
Bakteri Staphylococcus dapat ditransfer dari handuk ke tubuh manusia, terutama jika ada bagian tubuh memiliki luka terbuka.
Infeksi staph ditandai dengan gejala kulit bengkak, ada benjolan merah, serta mata dan kelopak mata sakit.
Infeksi ini juga memungkinkan berkembang menjadi infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
MRSA dapat menembus jauh ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit di tulang, sendi, darah, katup jantung, dan infeksi paru-paru.
Risiko lainnya adalah virus flu. Virus ini dapat bertahan di luar tubuh selama 24 jam dan handuk bisa menjadi medium penularannya.
Berbagi handuk sebabkan rambut rontok
Bessam Farjo dari Farjo Hair Institute mengatakan, berbagi handuk atau topi dapat menyebabkan infeksi Tinea capitis atau dikenal sebagai kurap kulit kepala.
Infeksi ini disebabkan organisme mikroskopis yang sangat menular. Masa inkubasinya pada manusia berlangsung dua minggu.
"Spora jamurnya sudah ada sebelum Anda melihat gejala kurap tersebut," jelas dia.
Ia menjelaskan kasus kurap kulit kepala dapat menyebabkan peradangan serius pada jaringan parut.
Menurut Farjo, biang kurap kulit kepala ini lebih berbahaya saat berkembang di handuk lembap.
Pasalnya organisme tersebut memiliki kemampuan memblokir saluran folikel rambut. Sehingga pasokan minyak agar rambut sehat terhambat.
Dampaknya, lapisan luar kulit bisa terjadi penebalan. Tungau yang hidup lebih dalam dari folikel rambut juga bisa menimbulkan kerontokan rambut permanen.
Kendati kasus kurap kulit kepala tidak jamak ditemui, namun tidak ada salahnya mengantisipasi dengan tidak berbagi handuk.
Menyetop kebiasaan berbagi handuk juga membuat kita bebas dari bayang-bayang tertular berbagai penyakit berbahaya.
Tentunya tidak nyaman musim liburan terganggu gara-gara kebiasaan kecil yang berdampak besar bagi kesehatan.
https://health.kompas.com/read/2019/12/25/170000868/awas-berbagi-handuk-saat-liburan-bisa-picu-kurap-hingga-infeksi-paru