Kendati sama-sama mengalami rasa tidak nyaman di bagian dada, namun gejala dan pemicu kedua penyakit ini berbeda.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Habibie Arifianto, Sp.JP., M.Kes., FIHA menyampaikan, beberapa penyakit sama-sama menimbulkan gejala nyeri dada.
"Penyakit jantung, GERD, dan penyakit lain sama-sama punya gejala nyeri di belakang tulang dada," jelas Habibie ketika berbincang dengan Kompas.com, Rabu (19/2/2020).
Menurut Dokter dari Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret di Sukoharjo ini, karakteristik nyeri dada antara GERD dan penyakit jantung berbeda.
"Orang yang mengalami serangan jantung, biasanya setelah istirahat dan diberi obat angina, nyeri dada mereda. Untuk penderita refluks asam lambung, nyeri dada tidak langsung reda walaupun sudah istirahat dan diberi obat," katanya.
Beda penyebab GERD dan penyakit jantung
Habibie menerangkan, penyebab serangan jantung umumnya terjadi karena ada penyumbatan di pembuluh darah yang bertugas menyalurkan oksigen ke otot jantung.
Saat jantung kekurangan oksigen, terdapat tekanan pada jantung yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa sakit di dada.
Pemicu serangan jantung bisa beragam. Di antaranya stres fisik atau aktivitas fisik yang berlebihan dan stres emosional.
Selain itu, ada juga faktor risiko seperti riwayat keluarga, hipertensi, diabetes, sampai merokok.
Sedangkan pada GERD, asam lambung bisa naik saat otot di saluran pencernaan dan lambung melemah.
Kondisi ini membuat kinerja klep di bagian kerongkongan terganggu. Apabila klep kerongkongan terbuka, asam lambung dari pencernaan bisa naik kembali ke kerongkongan.
GERD bisa disebabkan stres, asupan berkafein tinggi, makanan tinggi lemak, sampai rokok.
Waspada nyeri dada yang kambuh diam-diam
Selain beda karakteristik dan penyebab, GERD dan penyakit jantung juga bisa terlihat dari hasil pemeriksaan tes.
Untuk memastikan penyebab nyeri dada, Habibie menyarankan orang yang punya keluhan nyeri dada untuk melakukan pemeriksaan, terutama bagi orang yang berisiko.
"Setiap orang punya ambang batas nyeri yang berbeda. Kalau ambangnya tinggi, bisa jadi gejala nyeri dada tidak terasa. Ini yang disebut silent anfal (kambuh diam-diam," kata dia.
Sebelum mendiagnosis pasien, Habibie menjelasakan dokter akan melakukan pra-tes seputar keluhan nyeri dada dan evaluasi faktor risiko.
Setelah itu, pasien baru diarahkan menjalani pemeriksaan lanjutan. Salah satunya dengan pemeriksaan treadmill untuk melihat kinerja jantung saat diberi beban fisik.
Selain itu, pasien akan diarahkan menjalani tes lain. Salah satunya CT Scan koroner untuk memastikan ada tidaknya penyumbatan di pembuluh darah jantung.
"Banyak pasien yang terlambat mendapatkan pertolongan karena tidak segera diperiksa, Tiba-tiba penyumbatan di koronernya sudah lebih dari 70 persen," jelas dia.
https://health.kompas.com/read/2020/02/21/120200368/diawali-nyeri-dada-ini-beda-gejala-pada-gerd-dan-serangan-jantung