KOMPAS.com – Kebanyakan orangtua menginginkan setiap buah hatinya bisa tumbuh menjadi pribadi yang disiplin.
Anak-anak diharapkan memiliki sikap mental untuk melakukan hal-hal pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
Tapi, untuk mendidik anak agar bisa menjadi disiplin, para orangtua sendiri tentu harus berjuang ekstra.
Mereka salah satunya, harus belajar mengatakan “tidak” secara tegas dengan sabar, penuh kasih sayang, dan berwibawa.
Jangan sampai para orangtua bersikap tegas sambil menunjukkan kemarahan dan membentak anak.
Jika hal itu sampai dilakukan, para orangtua akhirnya harus menanggung sendiri risiko anak tumbuh dengan pribadi yang tidak diharapkan.
Dalam buku 5 yang Dilarang (2013) karya Arfiani dan Rinna Rahmawati, dijelaskan ada 5 dampak buruk dari membentak anak.
Berikut kerugiannya:
1. Minder
Apabila anak selalu dicela dan dibentak serta tidak pernah menerima perhatian positif saat melakukan kebaikan, mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau minder.
Patut diwaspadai, anak-anak akan selalu merasa bahwa mereka hanyalah anak yang selalu melakukan kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain.
2. Cuek
Anak yang selalu dibentak juga bisa berkembang menjadi anak yang cuek atau tidak peduli.
Karena sudah terlalu sering menerima bentakan, mereka akhirnya cenderung menjadi apatis.
Anak-anak pun kemudian bisa sering mengabaikan nasihat orangtua maupun orang lain.
Mungkin saja saat dibentak atau dimarahai, anak terlihat diam atau mendengarkan. Tapi, sesungguhnya yang terjadi adalah kata-kata dari orangtua hanya dianggap angin lalu.
3. Tertutup
Orangtua yang suka membentak tentu akan menakutkan bagi anak.
Anak-anak yang ketakutan tersebut sangat mungkin tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.
Mereka akhirnya tidak mau lagi berbagi cerita dnegan orangtuanya.
Kondisi ini jelas berbahaya bagi jiwa anak-anak karena mereka bisa sangat tertekan ketika harus menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri.
4. Pemberontak atau penentang
Anak-anak juga berpotensi tumbuh menjadi pemberontak atau penentang jika sering dibentak orangtua.
Dalam hal ini, sikap menentang anak dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yakni:
5. Pemarah
Anak cenderung akan meniru sikap orangtuanya. Jadi, apabila orangtua sering membentak karena sebab-sebab yang sepele, anak-ana pun dapat berbuat hal serupa.
Parahnya, mereka akan berpikir, sah-sah saja apabila harus membentak teman maupun saudaranya karena orangtuanya pun berbuat hal yang sama.
Orangtua harus berhati-hati
Dalam Buku Ajar Konsep Darar Keperawatan Anak (2004) bikinan Yupi Supartini, S.Kp, MSc, dijelaskan bahwa anak belajar dari orangtua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Dengan demikian, apabila orangtua memberi contoh perilaku emosional, seperti membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, dan memukul, anak-anak akhirnya belajar menirukan perilaku orangtua tersebut.
Anak-anak jelas belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orangtuanya.
Oleh karena itu, orangtua harus berhati-hati dalam bersikap karena apabila masih suka membentak, anak akan belajar untuk berbicara kasar pada orang lain.
Jika orangtua suka memukul saat marah dan jengkel, anak-anak pun akan belajar bersikap kasar pada orang lain.
Orangtua adalah model peran bagi anak.
https://health.kompas.com/read/2020/03/24/060000868/5-dampak-buruk-orangtua-sering-membentak-anak