Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Jenis Makanan "Enak" yang Patut Diwaspadai

KOMPAS.com – Makanan yang dibuat tanpa bahan dan proses pembuatan yang aman dapat menjadi sumber penyakit bagi tubuh. Begitu juga dengan makanan tanpa kandungan gizi yang baik.

Menurut Ahli Gizi Desty Ervira Puspaningtyas, S.Gz, ada banyak industri makanan yang menciptakan berbagai produk makanan tanpa memperhatikan kandungan gizi dan efeknya terhadap kesehatan.

Dalam bukunya Enak Sih, Tapi… (2014), dia memberikan contoh beberapa jenis makanan “enak” yang patut diwaspadai.

Berikut daftarnya:

1. Abon

Mengapa abon perlu dipaspadai?

  • Abon mengandung protein dalam jumlah yang tinggi. Dalam 50 gram abon terkandung 27,5 gram protein. Jika kebutuhan protein sehari sebanyak 60 gram, konsumsi 50 gram abon berarti sudah dapat memenuhi 45 persen kebutuhan protein harian.
  • Konsumsi abon dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan kelebihan konsumsi protein. Seperti halnya kelebihan karbohidrat dan lemak, kelebihan protein juga dapat disimpan tubuh sebagai cadangan lemak yang dapat meningkatkan risiko obesitas.

Saran ahli gizi:

2. Bakso

Mengapa bakso perlu diwaspadai?

  • Kewaspadaan pada bakso yang dijual bebas di luar hanya terletak pada kemungkinan adanya boraks.
  • Dalam penulusurannya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pernah menemukan adanya bakso yang mengandung boraks, yakni senyawa kimia turunan dari logam berat boron yang biasa digunakan sebagai antiseptik atau pembunuh kuman.
  • Boraks merupakan senyawa yang tidak larut. Artinya, boraks bisa mengendap di dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa boraks juga bersifat karsinogenik atau dapat memicu timbulnya kanker, gangguan hati, ginjal, dan otak yang dapat menyebabkan kematian.

Saran ahli gizi:

3. Batagor

Mengapa batagor harus diwaspadai?

  • Batagor diolah dengan cara deep frying atau digoreng hingga tercelup dalam minyak. Dengan demikian, konsumsi batagor dengan jumlah berlebih atau terlalu sering dapat meningkatkan asupan lemak dan meningkatkan risiko obesitas pemicu penyakit jantung koroner dan stroke.
  • Terkadang batagor yang ada di pasaran digoreng menggunakan minyak yang tidak sehat, yakni minyak jenuh. Sebuah studi menyatakan adanya hubungan antara peningkatan asupan lemak jenuh dengan kejadian penyakit jantung koroner.
  • Selain itu, kewaspadaan pada bahan baku tahu untuk membuat batagor juga perlu dilakukan. Ada kemungkinan pedagang yang memanfaatkan tahu yang dibuat dengan campuran boraks atau formalin sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Saran ahli gizi:

4. Gorengan

Mengapa gorengan perlu diwaspadai?

  • Aneka gorengan yang ada di pasaran biasanya dibuat dengan menggunakan minyak jenuh yang telah dipakai lebih dari tiga kali. Wujud gorengan yang dimaksud dalam hal ini, yakni bakwan, tempe goreng, tahu goreng, pisang goreng, singkong goreng, jamur goreng, dan termasuk ayam goreng.
  • Konsumsi makanan itu dalam jumlah berlebih atau terus-menerus besar kemungkinan dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit pada seseorang, sepeti obesitas, penyakit jantung koroner (PJK), hingga stroke.
  • Sebuah studi telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara peningkatan asupan lemak jenuh dengan kejadian PJK.
  • Makanan sumber asam lemak jenuh juga ditengarahi berhubungan dengan kejadian penyakit jantung dan peningkatan low-density lipoprotein cholesterol (LDL) atau lemak jahat tubuh. Bahkan, asupan lemak jenuh berlebih juga berisiko meningkatkan kejadian kanker.

Saran ahli gizi:

  • Tidak terlalu sering mengonsumsi gorengan karena bisa merugikan tubuh.
  • Buat sendiri gorengan yang sehat dan aman. Hal ini sebenarnya mudah dilakukan dengan karena hanya mengurangi atau mengganti bahan-bahan dalam proses penggorengan yang bisa merugikan kesehatan tubuh.

5. Asinan

Mengapa perlu diwaspadai?

  • Asinan terbuat dari buah dan sayur yang ditambahkan garam dan cuka. Konsumsi asam cuka secara berlebihan dapat meningkatkan asam lambung yang akan meningkatkan risiko seseorang mengalami gastritis atau sakit mag.
  • Konsumsi garam berlebih juga dapat menigkatkan risiko hipertensi. Studi menunjukkan bahwa populasi yang mengonsumsi garam dalam jumlah rendah (kurang dari 2 gram per hari) memiliki angkaka hipertensi yang rendah. Sedangkan, populasi yang mengonsumsi garam dalam jumlah tinggi (30-35 gram per hari) memiliki presentase hipertensi sebesar 30-35 persen.

Saran ahli gizi:

  • Untuk menjadikan asinan sebagai makanan yang sehat, batasi penggunaan cuka dan garam.
  • Gunakan cuka seperlunya sesuai dengan kemampuan toleransi lambung Anda. Selain itu, batasi juga penggunaan garam dalam asinan maksimal 4-5 gram per hari.

6. Burger

Mengapa burger perlu diwaspadai?

  • Kandungan energi dalam burger tergolong tinggi, yakni dalam satu porsi burger bisa mengandung energi sebesar 500-600 kkal dan lemak sebesar 50-60 gram.
  • Konsumsi burger dalam jumlah berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan risiko obesitas pemicu sejumlah penyakit berbahaya.
  • Minyak di dalam burger biasanya berasal dari minyak jenuh atau minyak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit koroner. Ulasan lain dari Fernando Gomez-Pinilla (2008), menyebut bahwa makanan yang kaya lemak jenuh berpotensi menurunkan perkembangan jariangan yang mendukung proses kognitif. Lebih menyeramkan lagi, dapat meningkatkan risiko kegagalan fungsi saraf.
  • Sementara itu, ulasan Slattery menyebutkan hasil analisis asupan makan pada sejumlah kasus di Amerika mengindikasikan adanya perubahan gen p53 atau gen penekan kanker pada pasien kanker kolorektal dengan diet tinggi daging merah, fast food, dan makanan lain sumber asam lemak trans.

Saran ahli gizi:

  • Tidak terlalu sering mengonsumsi burger karena bisa merugikan tubuh. Jadikan burger bukan menjadi makanan harian. Jadikan makanan ini sebagai makanan mingguan atau bulanan untuk menghindari asupan senyawa merugikan yang terkandung di dalam burger. Anda juga bisa membuat sendiri burger dengan bahan dan cara yang sehat.

https://health.kompas.com/read/2020/04/26/150000268/6-jenis-makanan-enak-yang-patut-diwaspadai

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke