KOMPAS.com – Kolesterol tak melulu berhubungan dengan sesuatu yang buruk.
Kolesterol adalah senyawa gizi yang penting dalam mempertahankan kehidupan dan fungsi tubuh secara normal.
Kolesterol merupakan bagian dari semua membran sel dan kira-kira 2/3 dari kolesterol ditemukan di dalam tubuh manusia dewasa yang diproduksi di organ hati.
Sementara, 1/3 dari kolesterol diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.
Tingkat kolesterol di dalam tubuh tersebut diatur oleh sistem pengaturan alamiah tubuh.
Pada masing-masing orang, sistem pengaturan itu punya kemampuan yang berbeda.
Mengenal kolesterol jahat dan kolesterol baik
Kolesterol yang dapat diatur dalam kadar yang sesuai sebenarnya baik untuk tubuh dalam membantu membangun se-sel baru agar tubuh bisa tetap berfungsi secara normal.
Menjadi berbahaya, jika sampai terjadi tingkat kolesterol yang berlebih dalam darah.
Kondisi inilah yang salah satunya menjadi sumber penyakit penyumbutan pembuluh darah jantung atau dikenal dengan penyakit jantung koroner.
Di dalam darah, kolesterol dibawa oleh protein. Gabungan antara keduanya disebut dengan lipoprotein.
Seperti sudah banyak diketahui, ada dua jenis utama lipoprotein, yakni Low Density Lipoprotein (LDL) yang biasa disebut dengan kolesterol jahat dan High Density Lipoprotein (HDL) yang biasa disebut dengan kolesterol baik.
LDL merupakan komposisi kompleks dari lemak dan merupakan pembawa kolesterol dalam darah, yang akan mengakibatkan peningkatan tingkat kolesterol.
Sedangkan HDL merupakan komposisi kompleks dari lemak dan berperan membawa kolesterol dari sel tubuh menuju hati. Di hati, kolesterol itu dimetabolisme menjadi asam garam dan dikeluarkan melalui usus.
Melansir Buku Fennema’s Food Chemistry (1985) oleh Owen R. Fennema, komposisi lemak dan kolesterol pada LDL sebanyak 80 persen (total lemak) dan 43 persen (total kolesterol dari lemak).
Sedangkan komposisi lemak dan kolesterol pada HDL, yakni 52 persen (total lemak) dan 20 persen (total kolesterol dari lemak).
Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa lemak LDL memiliki persentase kolesterol dalam lemak lebih tinggi daripada lemak HDL. Kondisi inilah yang menjadikan LDL kerap disebut sebagai lemak jahat dan HDL sebagai lemak baik.
Mengonsumsi makanan dengan kandungan kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab kelebihan kolesterol dalam tubuh.
Jika kondisi tersebut terus dibiarkan, tentu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit serius.
Untuk mencegah kemungkinan buruk itu terjadi, maka siapa saja dianjurkan selalu menjaga pola makan dengan baik, termasuk mengurangi konsumsi produk pangan hewani yang terbukti mengandung kolesterol.
Beberapa dari Anda mungkin pernah menyimpan pertanyaan, mengenai lebih tinggi mana kandungan kolesterol pada daging sapi, daging ayam, telur, ikan, atau kerang, sebagai acuan pola makan yang sehat.
Hal itu memang baik diketahui, mengingat semakin tinggi kandungan kolesterol pada makanan yang dikonsumsi, maka kian tinggi pula risiko seseorang mengidap masalah kolesterol tinggi.
Melansir Buku Panduan Praktis Memilih Produk Daging (2003) oleh Ir. Burhan Bahar, di antara daging sapi, daging ayam, dan ikan, ikan adalah produk pangan hewani yang paling rendah mengandung kolesterol.
Dalam 100 gram ikan, hanya mengandung kolesterol 50-60 mg.
Sementara itu, daging sapi dan daging ayam mengandung kolesterol yang relatif sama besar, yakni mencapai 60-120 mg per 100 gram.
Dibanding daging sapi dan daging ayam, kandungan kolesterol pada telur malah bisa lebih tinggi.
Kandungan kolesterol pada telur tercatat bisa mencapai 450 mg per 100 gram.
Jika diambil kuning telurnya saja, maka kandungan kolesterol produk pangan hewani ini bisa naik berkali-kali lipat hingga 1.260 mg per 100 gram.
Namun, nilai kandungan kolesterol tersebut masih jauh berbeda jika dibandingkan bagian tubuh lain pada sapi dengan berat yang sama.
Misalnya saja, kandungan kolesterol pada otak sapi yang bisa mencapai 2.000-3.000 mg per 100 gram.
Kandungan kolesterol pada kerang dan kepiting tercatat mencapai 100-200 mg per 100 gram.
Kandungan kolesterol itu hampir setara dengan keju keras yang mencapai 70-100 mg per 100 gram.
Karena kandungan kolesterol ini, masarakat pun kemudian tak dianjurkan untuk makan beberapa jenis produk pangan hewani secara bersama-sama, misalnya daging sapi dengan ikan atau kerang.
Apabila hal itu tetap dilakukan, maka makin banyak asupan kolesterol yang masuk ke dalam tubuh.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri pernah menganjurkan batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan.
Artinya, masyarakat disarankan tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan berlemak seperti daging karena di samping dapat mengurangi gizi dari makanan lain, juga berakibat pada gangguan penyakit seperti penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner.
https://health.kompas.com/read/2020/05/19/031500668/daging-sapi-ayam-atau-ikan-mana-yang-paling-rentan-picu-kolesterol-tinggi-