KOMPAS.com – Sakit perut merupakan hal yang biasa dialami kaum wanita saat haid.
Sakit perut ini sering juga disebut sebagai nyeri haid atau kram perut.
Selain sakit perut, nyeri haid juga bisa berupa keluhan lain, seperti pegal pada mulut vagina, nyeri pinggang, dan pegal-pegal di paha.
Pada beberapa orang, nyeri haid bahkan dapat disertai sakit kepala, diare, mual, dan muntah.
Penyebab sakit perut saat haid
Melansir Buku Panduan Lengkap Kesehatan Wanita (2012) oleh dr. Wening Sari, M.Kes., sakit perut saat haid terjadi karena kejang otot rahim.
Kontraksi otot rahim ini dipicu oleh peningkatan hormon prostaglandin yang terjadi tepat sebelum menstruasi dimulai.
Rasa nyeri di perut ini bervariasi antara satu wanita dengan wanita lainnya.
Nyeri ini pada umumnya tidak membahayakan, tetapi memang dapat mengganggu dan mengurangi produktivitas wanita dalam bekerja, sekolah, atau olahraga.
Nyeri haid disebabkan adanya gangguan pada organ reproduksi atau faktor hormonal dan bukan semata karena faktor psikologis.
Beda nyeri haid primer dan nyeri haid sekunder
1. Nyeri haid primer
Nyeri haid tanpa kelainan pada organ reproduksi termasuk dalam nyeri haid primer.
Nyeri haid ini biasanya terjadi setela 6-12 bulan menstruasi yang pertama, saat siklus haid sudah teratur.
Nyeri haid primer dapat muncul beberapa jam sebelum menstruasi hingga hari ke-2 menstruasi.
Pada sebagian wanita, nyeri haid berkurang setelah melahirkan.
Berikut ini ciri-ciri nyeri haid primer:
2. Nyeri haid sekunder
Selain nyeri haid primer, ada pula nyeri haid sekunder.
Pemakaian alat kontrasepsi IUD juga dapat menimbulkan nyeri haid pada sebagian orang. Nyeri haid sekunder lebih sering muncul pada usia 20-30 tahun.
Berikut ini ciri-ciri nyeri haid sekunder:
Cara mengatasi nyeri haid
Pangobatan untuk nyeri haid primer dapat diberikan obat pereda nyeri yang banyak dijual bebas.
Melansir Buku Resep Hidup Sehat (2010) oleh Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., parasetamol dan ibuprofen merupakan pilihan obat yang cukup aman untuk mengatasi nyeri haid.
Dua obat tersebut juga cukup aman untuk mengatasi sakit kepala, sakit payudara, dan lain-lain yang mungkin terjadi saat haid atau premenstrual syndrome (PMS).
Apabila penggunaan obat-obatan tersebut, nyeri haid ternyata tidak berkurang, para wanita alangkah baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat pereda nyeri yang lebih kuat atau solusi lainnya.
Nyeri haid juga diyakini akan berkurang, jika wanita melakukan beberapa tindakan berikut:
Sementara itu, untuk nyeri haid sekunder, pereda nyeri kurang efektif dilakukan karena yang paling tepat adalah mengatasi kelainan yang mendasasinya.
https://health.kompas.com/read/2020/06/17/180300368/penyebab-sakit-perut-saat-haid-dan-cara-mengatasinya