Sebagai bagian dari siklus menstruasi, fungsi ovarium adalah melepaskan sel telur. Proses ini dikenal sebagai ovulasi.
Ovarium juga menghasilkan hormon seks wanita yakni ekstrogen dan progesteron.
Seperti dilansir Medical News Today, di dalam ovarium bisa tumbuh jaringan kista. Kista ovarium ini berupa kantong berisi cairan.
Kista ovarium biasanya jinak, atau tidak bersifat kanker. Kista ovarium jinak bisa hilang dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan.
Kista ovarium yang umum ini bisa muncul sebagai bagian alami dari siklus menstruasi. Jenis kista ovarium ini termasuk kista fungsional.
Kista ovarium fungsional umumnya juga tidak menimbulkan gejala. Seseorang wanita bisa mengetahui keberadaannya setelah menjalani pemeriksaan panggul rutin.
Kista dan kanker ovarium
Kista ovarium bisa terbentuk setelah seseorang mengalami menopause atau mati haid.
Apabila kista ovarium terbentuk setelah menopause, ada peluang kista berkembang menjadi kanker ovarium.
Terkadang kista ovarium berkembang sebagai akibat pertumbuhan sel yang abnormal. Kista jenis ini termasuk kista ovarium patologis.
Beberapa jenis kista ovarium patologis termasuk ganas, dengan kata lain kista bisa memicu kanker ovarium.
Wanita yang sudah menopause memiliki peluang lebih tinggi untuk terkena kista patologis ketimbang wanita yang masih haid.
Kondisi tertentu seperti endometriosis juga bisa menyebabkan kista ovarium patologis berkembang menjadi ganas.
Endometriosis adalah kondisi saat sel pelapis rahim tumbuh di luar rahim, seperti indung telur atau saluran tuba.
Jika tidak diobati, sel tumor ini bisa menyebar ke jaringan terdekat dan tempat lain di dalam tubuh.
Berbagai jenis kanker ovarium dapat menyebar, tergantung lokasi awal pertumbuhan kanker ovarium.
Tumor ovarium epitel adalah jenis kanker ovarium yang paling umum dan tumbuhnya dimulai dari sel di permukaan luar ovarium.
Gejala kista ovarium dan kanker ovarium
Kista ovarium umumnya tidak menimbulkan gejala atau hanya merasakan ketidaknyamanan ringan di perut.
Demikian juga dengan gejala kanker ovarium tahap awal. Biasanya, penderita tidak merasakan gejala penyakitnya.
Namun, jika kista ovarium sudah besar, pecah, atau pasokan darah ke ovarium sudah terhambat, penderita bisa merasakan sakit mirip gejala kanker ovarium stadium akhir. Antara lain:
Siapa saja yang merasakan gejala di atas harus segera ke dokter. Jika dibiarkan, kista ovarium bisa menimbulkan komplikasi serius sampai mengancam jiwa.
Jika dokter mencurigai kista tersebut kanker, dokter umumnya merekomendasikan tes darah antigen kanker (CA 125).
Tingginya kadar CA 125 di dalam darah bisa jadi tanda kanker ovarium.
Kendati demikian, tidak semua orang dengan kadar CA 125 tinggi pasti menderita kanker ovarium. Kondisi lain juga bisa membuat kadar CA 125 melonjak.
Di antaranya infeksi panggul, fibroid, endometriosis, dan memasuki siklus menstruasi.
Untuk memastikan penyebab kadar CA 125 melonjak karena kanker atau bukan, dokter jamak melakukan biopsi atau pengambilan sampel jaringan kista atau tumor untuk dianalisis.
Cara mengatasi kista ovarium dan kanker ovarium
Melansir Healthline, di banyak kasus kista ovarium bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Jika penderita memiliki kista ovarium yang tidak hilang dengan sendirinya, atau kista menyebabkan sakit, dokter biasanya merekomendasikan pengangkatan dengan pembedahan.
Prosedur ini bisa dilakukan tanpa merusak ovarium atau memengaruhi kesuburan.
Jika penderita didiagnosis menderita kanker ovarium, dokter bisa merekomendasikan satu atau beberapa jenis perawatan seperti kemoterapi, radiasi, atau operasi.
Tidak ada cara untuk mencegah kista ovarium. Untuk itu, begitu memasuki usia produktif dan aktif secara seksual, ada baiknya wanita rutin memeriksaan kesehatan reproduksinya.
https://health.kompas.com/read/2020/07/24/193000368/bisakah-kista-ovarium-berkembang-menjadi-kanker-ovarium-