Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

12 Penyakit Menular Seksual yang Harus Diwaspadai

KOMPAS.com – Penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi menur seksual (IMS) adalah infeksi yang terutama ditularkan lewat hubungan seksual, meski tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin.

Penyakit menular seksual akan lebih berisiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, baik melalui vagina, oral, maupun anal.

Penyakit menular seksual perlu mendapat perhatian karena dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang serius.

Apabila tidak dobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan bahkan kematian.

Macam-macam penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasite, maupun jamur.

Melansir Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang diterbitkan Kemenkes RI, berikut ini adalah ragam penyakit menular seksual yang harus diwaspadai:

1. Gonore (GO)

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae.

Masa tunas penyakit gonore pada pria, yakni 2-5 hari, yang berarti 2-5 hari sebelumnya terjadi kontak seksual dengan “tersangka”.

Sedangkan, pada wanita sulit ditentukan oleh karena pada umumnya tidak menimbulkan keluhan atau gejala.

Gejala gonore pada pria, di antaranya yaitu:

  • Rasa gatal dan panas pada saat kencing
  • Keluar Cairan atau nanah (kental berwarna kuning kehijauan) secara spontan dari saluran kencing
  • Ujung penis tampak merah, bengkak, dan menonjol keluar

Gejala gonore pada wanita, di antaranya yaitu:

  • Sebagian besar tidak menimbulkan keluhan atau keluar cairan keputihan berwarna kuning kehijauan dan kental
  • Kadang-kadang disertai rasa nyeri saat kencing

Komplikasi gonore yang sering terjadi pada pria adalah infeksi pada testis atau buah zakar, saluran sperma, sehingga bisa menimbukan penyempitan dan berakhir kemandulan.

Sedangkan, komplikasi gonore pada wanita bisa terjadi penjalaran infeksi ke rahim dan saluran telur, sehingga dapat menyebabkan kemandulan pula.

Apabila mengenai ibu hamil, dapat menularkan ke bayi saat melahirkan, sehingga menyebabkan infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.

2. Infeksi genital nonspesifik atau urethritis nonspesifik

Infeksi genital nonspesifik adalah infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab yang tidak spesifik.

Namun, paling banyak infeksi ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma ureallyticum.

Istilah infeksi genital nonspesifik lebih sering dipakai untuk wanita, sedangkan untuk pria dipakai istilah urethritis nonspesifik (UNS).

Masa tunas penyakit infeksi genital nonspesifik biasanya lebih lama dibanding dengan gonore, yakni 1-3 minggu atau lebih.

Gejala penyakit menular seksual urethritis nonspesifik pada pria, di antaranya yakni:

  • Mirip gonore, tetapi lebih ringan
  • Keluarnya cairan dari saluran kencing yang bersifat encer, terutama pada pagi hari (morning drop), kadang-kadang disertai rasa sakit saat kencing dan bila infeksi berlanjut akan keluar cairan bercampur darah

Gejala infeksi genital nonspesifik pada wanita, di antaranya yakni:

Komplikasi infeksi genital nonspesifik pada pria dapat berupa, infeksi saluran air mania atau kemandulan, sakit buang air kecil.

Sedangkan komplikasi infeksi genital nonspesifik pada wanita, bisa berupa infeksi saluran telur atau kemandulan, radang saluran kencing, ketuban pecah dini atau bayi prematur (kehamilan)

3. Sifilis (raja singa)

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan bersifat kronis.

Sifilis atau sering juga disebut penyakit raja singa dapat menyerang semua organ tubuh dan bisa menyerupai banyak penyakit.

Masa tunas penyakit sifilis berkisar antara 10-90 hari.

Gejala sifilis dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya.

Stadium I (sifilis primer)

  • Timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk
  • Ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah, kemudian menjadi luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri
  • Pada stadiym ini, biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah bening regional (sesuai dengan lokasi fisilis primernya)
  • Luka atau koreng tersebut akan hilang secara spontan meski tanpa pengobatan dalam waktu 3-10 minggu, tetapi penyakitkan akan berlanjut ke stadium II

Stadium II (sifilis sekunder)

  • Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9 bulan
  • Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala, nyeri sendi
  • Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai penyakit kulit lain, berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil di seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut, dan juga dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh

Stadium laten dini

  • Apabila sifilis sekunder tak diobati, setelah beberapa minggu atau bulan gejala-gejala akan hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun, infeksi masih berlangsung terus dan masuk ke stadium laten lanjut

Stadium laten lanjut

  • Setelah 1 tahun, sifilis masuk ke stadium laten lanjut yang dapat berlangsung bertahun-tahun

Stadium III (sifilis tersier)

  • Pada umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi
  • Ditandai dengan 2 macam kelainan, yakni berupa kelainan yang bersifat destruktif pada kulit, selaput lendir, tulang sendi, serta adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan pada jantung, sistem pembuluh darah dan saraf

Komplikasi sifilis dapat terjadi pada proses kehamilan atau terjadi sifilis kongenital.

Kondisi ini dapat mengakibatkan abortus, kematian janin atau lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa, dan keterbelakangan mental.

4. Ulkus mole atau chancroid

Ulkus mole adalah infeksi genital akut, setempat yang disebabkan oleh bakteri Haemophylus ducreyi.

Masa tunas ulkus mole berkisar antara 2-35 hari, dengan waktu rata-rata mencapai 7 hari.

Gejala ulkus mole, di antaranya yakni:

  • Tidak didahului dengan gejala prodromal sebelum timbulnya luka atau ulkus
  • Luka biasanya lebih dari 1 buah, nyeri (terutama bila terkena pakaian atau urine), dengan tanda radang yang jelas, benjolan di lipatan paha (sakit atau mudah sekali pecah), meninggalkan ulkus (luka cekung yang dalam) dan terjadi kematian jaringan di sekitarnya

Komplikasi ulkus mole dapat berupa abses kelenjar lipat paha hingga fistula uretra.

5. Granuloma inguinale atau donovanosis

Donovanosis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Calymmatobacterium granulomatis.

Saat ini penyakit ini hampir tidak pernah ditemukan lagi di Indonesia. Dahulu, donovanosis banyak ditemukan di daerah Papua.

Gejala donovanosis di antaranya yakni:

  • Kelainan dimulai dengan benjolan tunggal atau banyak, merah, lembek, kadang-kadang mirip bisul, sangat gatal
  • Kelainan ini dengan cepat pecag menjadi luka dengan tepi yang meninggi, berbau amis dan mudah berdarah

Komplikasi donovanosis dapat berupa timbul pembengkakan genital, sumbatan uretra, vagina atau lubang anus akibat terjadinya jaringan ikat atau fibrosis pada pembuluh getah bening.

6. Limfogranuloma venerum (LGV) atau Bubo

Limfogranuloma venerum adalah infeksi menular seksual yang mengenai sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, yang disebabkan oleh bakteri Chlamudia trachomatis L1, Chlamudia trachomatis L2, dan Chlamudia trachomatis L3.

Penyakit ini dilapirkan saat ini sudah jarang ditemukan di Indonesia.

Jika terjadi, gejala Limfogranuloma venerum dapat dikenali, berupa:

  • Biasanya dimulai dengan bintik atau lentingan kecil yang dalam waktu singkat kemudian menjadi erosi atau luka yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita karena tidak nyeri dan dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat
  • Dalam waktu antara 1-4 minggu setelah luka tersebut sembuh, akan muncul pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri, keras, berbentuk seperti sosis

Komplikasi penyakit Limfogranuloma venerum pada stadium lanjut, pada pria dapat menyebabkan pembengkakan penis dan skrotum. Sementara pada wanita, menyebabkan pembengkakan bibir kemaluan.

7. Vaginosis bakterial

Vaginosis bakterial adalah gejala klinis akibat pergantian Lactobacillus spp yang merupakan flora normal vagina, dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi.

Keluhan vaginosis bacterial, yakni dapat tanpa gejala keputihan atau dengan sedikit keputihan yang mempunyai bau amis seperti ikan, terutama setelah berhubungan seksual.

8. Herpes genitalis

Herpes genitalis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV), terutama HSV tipe-2 yang sering bersifat berulang.

Gejala penyakit herpes genitalis, di antaranya yakni:

  • Rasa seperti terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum timbulnya lesi
  • Kadang-kadang disertai gejala umum, misalnya lemas, demam, dan nyeri otot
  • Timbul gelembung-gelembung yang berkelompok dan mudah pecah
  • Gejala pada lesi awal dapat lebih berat dan lama
  • Pada bentuk ulang (rekurens), biasanya didahului oleh faktor pencetus, misalnya stres psikis, trauma, koitus yang berlebihan, makanan yang merangsang, alkohol, obat-obatan dan beberapa hal yang sulit diketahui

Komplikasi herpes genital dapat berupa kanker leher rahim, kehamilan lahir muda (prematur), kelainan kongenital, dan kematian.

9. Kondiloma akuminata

Kondiloma akuminata atau jengger ayam atau kutil kelamin adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Human Papilloma virus (HPV).

Gejala jengger ayam di antaranya yakni:

  • Pada daerah yang sering terkena trauma saat berhubungan seksual, tumbuh bintil-bintil yang runcing seperti kutil, dapat membesar, sehingga menyerupai jengger ayam
  • Pada wanita, sering bersamaan dengan gejala keputihan, sedangkan pria, terutama dijumpai pada yang tidak disunat atau dengan imunitas terganggu

Komplikasi kutil kelamin dapat berupa, kanker leher rahim atau kanker kulit di sekitar kulit kelamin.

10. HIV

HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan menyerang sistem kekebalan tubuh.

HIV di awal penyebarannya tidak akan menujukkan gejala, karena virus akan “tidur” sementara waktu.

Namun pada gilirannya, yakni ketika sistem imun melemah, HIV dapat berkembang menjadi AIDS yang sangat mematikan.

11. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.

Gejala trikomoniasis di antaranya, yakni:

  • Sering tanpa gejala, jika ada biasanya berupa duh tubuh vagina (keputihan) yang banyak dan berbau, warna kuning hijau, kadang-kadang berbusa
  • Kadang-kadang duh tubuh vagina yang banyak menimbulkan keluhan gatal dan perih pada vulva dan kulit di sekitarnya dan nyeri buang air kecil
  • Pada laki-laki, jarang memberikan keluhan, bila ada gejalanya berupa urethritis ringan
  • Keluhan lain, dapat berupa dyspareunia, perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstrual

12. Kandidosis vaginalis

Kandidosis vaginalis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh hamur Candida (paling sering spesies albican), apatogen tetapi dapat menjadi patogen.

Infeksi ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau muncul karena kondisi tertentu, seperti stres, kelelahan, IUD yang lama pada pasangan usia subur.

Masa tunas sukar diketahui oleh karena penyakit ini mempunyai faktor pemicu, seperti kehamilan, diabetes, iritasi setempat, pemakaian obat-obatan (golongan imunosupresif, antibiotika, kontrasepsi hormonal).

Gejala kandidosis vaginalis di antaranya yakni:

  • Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit maupun di dalam liang kemaluan wanita
  • Pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan berwarna putih seperti susu, bergumpal, tidak berbau atau berbau asam, disertai rasa gatal panas dan kemerahan di area kelamin

Cara mencegah penyakit menular seksual

Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya infeksi menular seksual.

Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Menunda berhubungan seks hingga berumur di atas 20 tahun karena senggama pertama pada usia 15-20 tahun paling berisiko mencetus keganasan leher rahim
  • Berperilaku sehat, termasuk menjaga kebersian alat reproduksi seperti, celana tidak ketat, sering bergantu pakaian dalam yang bersih, bahan celana dalam dari katun yang mudah menyerap keringan, dan berperilaku seksual yang sehat
  • Hindari seks pranikah, berganti-ganti pasangan
  • Mencari informasi yang benar tentang risiko penularan infeksi menular seksual
  • Gunakan kondom ketika berperilaku seksual berisiko tinggi
  • Segera berobat bila ada gejala-gejala IMS
  • Jangan mengobati diri sendiri dengan antibiotik tanpa resep dokter

https://health.kompas.com/read/2020/08/13/150200668/12-penyakit-menular-seksual-yang-harus-diwaspadai

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke