KOMPAS.com - Kriptorkismus adalah kondisi ketika salah satu atau kedua testis tidak turun ke skrotum saat janin sedang berkembang.
Selama masa kehamilan, testis terbentuk di perut dan secara bertahap turun melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum sekitar bulan ke-8 kehamilan.
Skrotum adalah kantong atau kantung kecil dari kulit yang menggantung di belakang penis.
Sedangkan testis adalah organ berbentuk oval yang merupakan bagian dari sistem reproduksi pria.
Testis atau buah zakar ini menghasilkan sel sperma yang penting untuk fungsi reproduksi.
Testis juga berfungsi untuk memproduksi testosteron, hormon yang memainkan peran kunci dalam perkembangan seksual pria.
Gejala kriptorkismus
Melansir Medical News Today, gejala kriptorkismus yang paling jelas adalah ketika terlihat skrotum kosong atau testis tidak teraba di dalam skrotum.
Dokter akan dapat merasakan testis yang tidak turun ke skrotum selama pemeriksaan fisik.
Sekitar 80 persen testis yang tidak turun dapat diraba.
Testis biasanya terletak di ujung kanal inguinalis, saluran yang membawa korda spermatika menuju penis dan skrotum.
Jika dokter tidak dapat merasakan testis yang tidak turun ke skrotum, bisa jadi testis berada di tempat lain, seperti:
1. Perut
Lokasi paling tidak umum untuk testis yang tidak turun adalah di perut.
2. Inguinal
Testis telah berpindah ke kanal inguinalis, tetapi tidak cukup jauh untuk dapat dideteksi dengan sentuhan.
3. Atrofi atau tidak ada
Testis sangat kecil, atau tidak pernah terbentuk.
Penyebab kriptorkismus
Pada tahap awal, semua janin memiliki struktur yang dapat berkembang menjadi organ reproduksi pria atau wanita.
Anak itu menerima kromosom seks dari ibu dan ayahnya.
Kromosom seks adalah sepasang molekul DNA.
Kromosomnya akan menjadi XX pada janin perempuan, dan XY jika janin laki-laki.
Saat janin berkembang, gen XY mendorong perkembangan testis.
Hal itu menghasilkan hormon yang mendorong pertumbuhan saluran reproduksi pria, mencegah perkembangan wanita.
Para ilmuwan berpendapat bahwa testis mungkin mulai berkembang secara tidak benar.
Perkembangan alat kelamin yang tidak normal juga dapat berasal dari androgen insensitivity syndrome (AIS), kelainan genetik di mana janin XY tidak merespons hormon pria, seperti testosteron.
Bayi baru lahir dengan AIS mungkin memiliki atribut wanita, seperti vagina pendek berkantung, tetapi tidak memiliki rahim, ovarium, atau saluran tuba.
Testis mungkin ada di perut atau saluran inguinalis.
Para ahli percaya bahwa sebagian besar kasus testis yang tidak turun terjadi ketika kombinasi genetika, kesehatan ibu, dan beberapa faktor lingkungan mengganggu hormon, menyebabkan perubahan fisik, hingga mengganggu aktivitas saraf yang terlibat dalam perkembangan testis.
Namun, penyebab pasti kriptorkismus masih belum jelas.
Meski demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga dapat menyebabkan kelainan testis tersebut, seperti:
Diagnosis kriptorkismus
Untuk mendiagnosis testis yang tidak turun, dokter biasanya akan menempatkan bayi di tempat yang hangat untuk membantunya rileks.
Memperluas kulit di sekitar skrotum juga memudahkan untuk melakukan pemeriksaan.
Sekitar 20 persen dari kasus kriptorkismus, dokter tidak dapat menemukan testis yang tidak turun sampai anak tersebut bukan lagi bayi.
Jika testis tidak dapat diraba, pemindaian ultrasound sering kali dapat menunjukkan lokasinya.
Namun, dokter biasanya menganggap langkah ini tidak perlu.
Dalam beberapa kasus, dokter spesialis urologi anak meminta pengujian lebih lanjut.
Tes tersebut mungkin, termasuk:
Jika kedua testis tidak turun, dokter mungkin merekomendasikan tes genetik untuk menentukan kromosom seks.
Komplikasi kriptorkismus
Merangkum Mayo Clinic, agar testis berkembang dan berfungsi normal, suhu harus sedikit lebih dingin dari suhu tubuh normal.
Skrotum menyediakan lingkungan yang lebih dingin ini.
Oleh sebab itu, komplikasi testis tidak ditemukan di skrotum dapat berupa:
1. Kanker testis
Kanker testis biasanya dimulai di sel-sel di testis yang menghasilkan sperma yang belum matang.
Apa yang menyebabkan sel-sel ini berkembang menjadi kanker tidak diketahui secara pasti.
Pria yang memiliki testis tidak turun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker testis.
Risikonya lebih besar untuk testis yang tidak turun yang terletak di perut daripada di selangkangan, dan ketika kedua testis terpengaruh.
Mengoreksi testis yang tidak turun secara bedah dapat menurunkan risiko terkena kanker di masa depan.
2. Masalah kesuburan
Jumlah sperma rendah, kualitas sperma yang buruk, dan penurunan kesuburan lebih mungkin terjadi pada pria yang memiliki testis tidak turun.
Ini bisa disebabkan oleh perkembangan testis yang tidak normal, dan mungkin menjadi lebih buruk jika kondisinya tidak diobati untuk jangka waktu yang lama.
3. Torsio testis
Komplikasi lain yang terkait dengan lokasi abnormal dari testis yang tidak turun adalah torsio testis.
Torsio testis adalah kondisi ketika testis atau buah zakar terpelintir sehingga menimbulkan nyeri hebat pada testis secara tiba-tiba.
Jika tidak segera ditangani, ini dapat menyebabkan hilangnya testis.
Torsii testis terjadi 10 kali lebih sering pada testis yang tidak turun dari pada testis normal.
4. Trauma
Jika testis terletak di selangkangan, itu mungkin rusak karena tekanan pada tulang kemaluan.
5. Hernia inguinalis
Jika bukaan antara perut dan kanalis inguinalis terlalu longgar, sebagian usus dapat mendorong ke selangkangan.
Cara mengobati kriptorkismus
Kriptorkismus jelas harus diobati karena jika testis tidak bergerak turun, dapat meningkatan risiko komplikasi berbahaya.
Pada banyak kasus, testis masih bisa turun sampai umur anak 6 bulan.
Tapi setelah itu harus diberi pengobatan, dan jika tidak turun sampai umur 2 tahun, sebaiknya dilakukan penurunan dengan tindakan bedah.
Pengobatan kriptorkismus dapat dilakukan dengan pemberian hormon HCG.
Jika tidak berhasil, selanjutnya harus dengan tindakan bedah.
Tindakan bedah untuk kriptorkismus termasuk operasi kecil.
https://health.kompas.com/read/2020/09/30/193100068/kriptorkismus-kelainan-testis---gejala-penyebab-dan-cara-mengobati