KOMPAS.com - Mengalami sindron iritasi usus besar atau Irritable Bowel Syndrome (IBS) memang sangat menganggu aktivitas harian kita.
Kita seringkali dihantui dengan nyeri perut, gas, diare, atau sembelit ketika menjalani hari-hari.
Itu sebabnya, tak sedikit penderita IBS yang juga diliputi oleh cemas, depresi, kesal, atau sekadar marah.
Semua emosi negatif tersebut tentu akan membuat gejala IBS semakin memburuk.
Kaitan emosi dan pencernaan
Spesialis kesehatan pencernaan dari Cleveland Clinic, Judith Scheman mengatakan, mengontrol emosi bisa membantu meredakan gejala IBS.
Otak dan sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat tubuh.
Sel saraf dan neurotransmiter, yang merupakan bahan kimia pengirim sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya, berjalan dari otak melalui tubuh.
Sinyal-sinyal tersebut juga ada melewati saluran pencernaan, yang disebut sistem saraf enterik.
"Otak dan pencernaan saling terhubung melalui sistem saraf ini," ucap dia.
Itu sebabnya, tekanan emosional atau emosi negatif juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan sebaliknya.
Scheman menambahkan, beberapa neurotransmiter yang bertanggung jawab atas emosi kita, seperti serotonin, juga diproduksi di usus.
Hal ini juga menjadi faktor emosi manusia berkaitan dengan kondisi pencernaan.
Stres juga dapat melepaskan agen pro-inflamasi, yang dapat meningkatkan peradangan di usus dan bagian tubuh lainnya.
Kondisi ini dapat memengaruhi sistem kekebalan, serta kemampuan usus untuk berfungsi dengan baik.
Bahkan, peradangan tersebut juga dapat memperlambat atau mempercepat motilitas usus, pergerakan otot-otot di saluran pencernaan.
Misalnya, stres dapat memicu reaksi "fight or flight" di sistem saraf pusat.
Hal ini membuat hormon dan neurotransmiter meningkat dan sistem saraf enterik merespons dengan memperlambat atau menghentikan pencernaan untuk menyimpan energi untuk menangkal bahaya.
Padahal, pencernaan yang lambat dapat menyebabkan sakit perut atau masalah pencernaan lainnya.
Di sisi lain, Scheman menambahkan, motilitas atau gerakan usus yang lebih cepat dapat menyebabkan masalah seperti diare.
Cara mengatasi
Karena otak dan pencernaan saling terkait, yang perlu kita lakukan adalah mengatasi IBS dan mengontrol emosi kita.
Agar emosi stabil, kita bisa melakukan hal berikut:
1. Terapi relaksasi
Relaksasi otot progresif dan pencitraan terpandu dapat membantu mengurangi reaksi tubuh Anda terhadap stres.
Cara ini dapat membantu menenangkan tubuh dan pikiran serta membantu kita tidur lebih nyenyak, yang juga mendorong penyembuhan.
Relaksasi juga memicu otak untuk memproduksi endorfin atau hormin penghilang rasa sakit alami tubuh.
2. Terapi kognitif
Terapi ini dilakukan dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku agar respom tubuh terhadap stres menjadi lebih baik.
Lewat terapi ini, kita akan mempelajari cara meningkatkan respons tubuh terhadap stres serta fokus pada emosi positif.
3. Biofeedback
Teknik perilaku memungkinkan kita untuk mengontrol fungsi tubuh, seperti suhu tangan, pernapasan, atau detak jantung.
Misalnya, kita dapat memperlambat detak jantung atau mengendurkan pernapasan saat stres.
https://health.kompas.com/read/2020/10/16/090706268/emosi-negatif-memperburuk-sindrom-iritasi-usus-besar-begini-solusinya