KOMPAS.com – Kanker testis adalah tumor ganas yang berkembang di testis atau buah zakar.
Sama seperti jenis kanker lainnya, kanker testis juga dapat mengancam jiwa.
Apabila tidak segera ditangani, kanker testis bisa saja menyebar ke bagian tubuh lain, mulai dari kelenjar getah bening, perut, hingga paru-paru.
Bahkan, pada kasus yang jarang, kanker testis bisa juga menyebar ke organ hati, tulang, dan otak.
Jika kanker sudah memengaruhi paru-paru, penderitanya bisa mengalami kesulitan bernapas.
Sementara, ketika kanker sampai menyebar ke otak, pada tahap awal bisa menimbulkan sakit kepala dan kebingungan yang terus berkembang.
Oleh sebab itu, penyakit ini layak diantisipasi.
Penyebab kanker testis
Melansir Mayo Clinic, sebenarnya tidak jelas apa yang menyebabkan kanker testis dalam banyak kasus.
Dokter hanya tahu bahwa kanker testis terjadi ketika sel sehat di testis berubah.
Sel-sel sehat tumbuh dan membelah secara teratur untuk menjaga agar tubuh berfungsi normal.
Tetapi, kadang-kadang beberapa sel mengembangkan kelainan, menyebabkan pertumbuhan ini tidak terkendali, di mana sel kanker terus membelah bahkan ketika sel baru tidak diperlukan.
Sel yang terakumulasi kemudian membentuk massa di testis.
Hampir semua kanker testis bermula di sel germinal, yakni sel di testis yang menghasilkan sperma yang belum matang.
Namun, apa yang menyebabkan sel germinal menjadi abnormal dan berkembang menjadi kanker belum juga diketahui.
Meski demikian, melansir American Cancer Society, para ilmuwan telah menemukan beberapa faktor risiko yang membuat seorang lebih mungkin mengembangkan kanker testis.
Berikut penjelasannya:
1. Testis tidak turun
Salah satu faktor risiko utama kanker testis adalah kondisi yang disebut kriptorkismus atau testis yang tidak turun. Ini berarti salah satu atau kedua testis gagal untuk bergerak dari perut ke dalam skrotum sebelum lahir.
Laki-laki dengan kriptorkismus lebih mungkin terkena kanker testis dibandingkan dengan testis yang turun secara normal.
Biasanya, testis berkembang di dalam perut janin dan turun ke dalam skrotum sebelum lahir.
Tetapi pada sekitar 3 persen anak laki-laki, testis tidak turun sepenuhnya sebelum anak lahir.
Terkadang satu atau kedua testis tetap berada di perut. Dalam kasus lain, testis mulai turun tetapi tetap berada di area selangkangan.
Sering kali, testis yang tidak turun terus bergerak ke dalam skrotum selama tahun pertama kehidupan anak.
Jika testis belum juga turun pada saat seorang anak sudah berusia satu tahun, kemungkinan organ ini tidak akan melakukannya sendiri.
Terkadang prosedur pembedahan yang dikenal sebagai orchiopexy diperlukan untuk memindahkan testis ke dalam skrotum.
Risiko kanker testis mungkin sedikit lebih tinggi pada pria yang testisnya tetap berada di perut dibandingkan dengan yang telah turun setidaknya sebagian.
Jika kanker berkembang, biasanya itu terjadi di testis yang tidak turun. Tetapi, sekitar 1 dari 4 kasus terjadi pada testis yang turun secara normal.
Oleh karena itu, beberapa dokter menyimpulkan bahwa kriptorkismus sebenarnya tidak menyebabkan kanker testis, tetapi ada hal lain yang mengarah ke kanker testis dan posisi abnormal pada salah satu atau kedua testis.
Orchiopexy dapat mengurangi risiko kanker testis jika dilakukan saat anak masih kecil.
2. Riwayat keluarga dengan kanker testis
Memiliki ayah atau saudara laki-laki yang menderita kanker testis meningkatkan risiko seseorang juga terkena kanker tersebut.
Tetapi hanya sejumlah kecil kanker testis yang terjadi dalam keluarga.
Kebanyakan pria dengan kanker testis tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga.
Sindrom Klinefelter adalah penyakit bawaan yang juga terkait dengan peningkatan risiko kanker testis.
3. Infeksi HIV
Beberapa bukti menunjukkan bahwa laki-laki yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV), terutama yang mengidap AIDS, berisiko lebih tinggi mengalami kanker testis.
Tidak ada infeksi lain yang terbukti meningkatkan risiko kanker testis.
4. Carcinoma in situ
Carcinoma in situ (CIS) adalah pertumbuhan sel abnormal pada jaringan yang melapisi suatu organ.
Tidak jelas seberapa sering CIS di testis berkembang menjadi kanker.
Dalam beberapa kasus, CIS ditemukan pada pria yang menjalani biopsi testis untuk mengevaluasi infertilitas atau mengangkat testis karena kriptorkismus.
Karena belum diketahui seberapa sering CIS menjadi kanker (invasif) yang sebenarnya, maka tidak jelas apakah mengobati CIS adalah ide yang bagus.
Beberapa ahli berpikir bahwa mungkin lebih baik menunggu dan melihat apakah penyakitnya semakin parah atau menjadi kanker sejati.
Hal ini memungkinkan banyak pria dengan CIS untuk menghindari risiko dan efek samping pengobatan.
Saat CIS diobati, radiasi atau pembedahan (untuk mengangkat testis) akan digunakan.
5. Kanker di testis sebelumnya
Riwayat pribadi kanker testis merupakan faktor risiko lainnya.
Sekitar 3 persen atau 4 persen pria yang telah disembuhkan dari kanker di satu testis pada suatu saat akan mengembangkan kanker di testis lainnya.
6. Usia
Sekitar setengah dari kanker testis terjadi pada pria berusia antara 20 dan 34.
Namun, kanker ini dapat menyerang pria dari segala usia, termasuk bayi dan pria lanjut usia.
7. Ukuran badan tertentu
Beberapa penelitian menemukan bahwa pria tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker testis. Tetapi, beberapa penelitian lain tidak mendapati hal demikian.
Semetara, kebanyakan penelitian belum menemukan hubungan antara kanker testis dan berat badan.
8. Faktor risiko yang tidak terbukti atau kontroversial
Cedera atau trauma sebelumnya pada testis dan tindakan berulang seperti menunggang kuda tampaknya tidak terkait dengan perkembangan kanker testis.
Kebanyakan penelitian belum menemukan bahwa aktivitas fisik yang berat meningkatkan risiko kanker testis.
Aktif secara fisik sendiri telah dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari beberapa bentuk kanker lainnya serta risiko yang lebih rendah dari banyak masalah kesehatan lainnya.
Cara mencegah kanker testis
Banyak pria dengan kanker testis tidak memiliki faktor risiko yang diketahui.
Selain itu, banyak dari faktor risiko yang diketahui tidak dapat diubah.
Karena alasan ini, sebagian besar kasus kanker testis tidak mungkin dicegah.
Beberapa dokter merekomendasikan pemeriksaan mandiri testis secara teratur untuk mengidentifikasi kanker testis pada tahap paling awal.
Tapi, tidak semua dokter setuju akan hal tersebut.
Meski demikian, Anda jelas lebih baik segera memeriksakan diri ke dokter jika mencurigai adanya gejala kanker testis.
https://health.kompas.com/read/2020/11/14/180100468/penyebab-dan-faktor-risiko-kanker-testis-yang-perlu-diwaspadai