KOMPAS.com – Dalam film Shutter Island (2010), penonton dibuat penasaran dengan sosok Edward "Teddy" Daniels (Leonardo DiCaprio).
Mantan marsekal Amerika Serikat ini diceritakan sedang menyelidiki kasus menghilangnya salah satu pasien di rumah sakit jiwa.
Namun, karena Teddy memiliki delusi berat dan sering berhalusinasi, penonton dibuat bertanya-tanya, apakah cerita penyelidikan tersebut benar, atau hanya bagian dari khayalan dan halusinasi belaka?
Kondisi yang dialami Teddy tersebut biasa dikenal dengan skizofrenia.
Penyakit ini merupakan gangguan mental jenis psikosis (diskoneksi dengan kenyataan) yang terjadi dalam jangka panjang. Penderita skizofrenia akan mengalami delusi, waham, dan halusinasi.
Melansir website resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selain mengalami psikosis, penderita skizofrenia akan mengalami beberapa gangguan perilaku seperti bepergian tanpa tujuan, bergumam tidak jelas, dan tertawa sendiri.
WHO menyebutkan, sebanyak 20 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Dari 20 juta orang tersebut, sebanyak 69 persen belum memperoleh penanganan memadai.
“Terutama para penderita skizofrenia dari negara dunia ketiga. Sulitnya akses pelayanan kesehatan mental menjadi kendala utama,” tulis WHO.
Psikiater Abhijir Ramanujam mengatakan kepada Psychiatric Times, Selasa (21/7/2020), lambatnya identifikasi skizofrenia juga ikut menyumbang tingginya kasus gangguan mental tersebut.
“Kasus skizofrenia pada anak di bawah usia 18 tahun terjadi dengan prevalensi 0.5 persen. Sedangkan anak dengan skizofrenia di bawah 13 tahun mencapai 0.4 persen,” ujar Abhijir.
Meski jumlahnya sedikit, Abhijir menegaskan, kasus skizofrenia pada anak yang dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan masalah besar.
Situs Mayo Clinic menjelaskan, skizofrenia dini yang terjadi bisa mempengaruhi kemampuan kognitif (berpikir), perilaku, serta emosi anak-anak. Skenario terburuknya, kondisi ini bisa merusak kemampuan dan fungsi berpikir anak secara keseluruhan.
Kondisi tersebut tentu berbahaya jika dibiarkan. Untuk itu, Anda perlu mengetahui gejala-gejala apa saja yang terlihat pada anak penderita skizofrenia.
Melansir WebMD, Kamis (28/1/2021), berikut ini deretan gejala skizofrenia pada anak yang perlu Anda waspadai.
Gejala pada anak-anak usia dini
Gejala skizofrenia pada anak usia (0-8 tahun) dini berbeda dengan gejala yang terjadi pada remaja ataupun orang dewasa.
Pada periode ini, anak-anak sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.
Gejala-gejala yang bisa dikenali, di antaranya anak menjadi lambat dan kurang aktif, tangan dan kaki longgar, lambat dalam merangkak, berjalan, atau berbicara.
Selain itu, anak juga bergerak secara aneh, contohnya sering menggoyangkan atau mengepakkan kedua tangan, serta postur tubuh terlihat lemas dan merosot.
Gejala pada anak-anak di atas usia dini
Pada fase ini, anak-anak menjadi lebih lekat kepada orangtua dan sering berbicara mengenai hal-hal tidak biasa. Contohnya seperti ide-ide aneh dan ketakutan tidak wajar.
Selain itu, gejala lainnya yaitu anak-anak kesulitan membedakan antara mimpi atau cerita dengan kenyataan. Hal ini biasanya terjadi setelah mereka selesai menonton film atau televisi dan membayangkan tokoh-tokoh cerita tersebut ada di dunia nyata.
Gejala lain termasuk di antaranya ketakutan akan ada orang jahat yang menyakiti mereka (delusi), mendengar bisikan atau suara tertentu (halusinasi pendengaran), melihat hal-hal tidak nyata seperti kegelapan dan cahaya bersinar (halusinasi visual), serta selalu merasa cemas dan gugup setiap waktu.
Abhijit Ramanujam dari Psychiatric Times menambahkan, gejala-gejala tersebut umumnya ditambah dengan kurangnya ekspresi emosional pada anak-anak.
“Mereka mudah mengalami kebingungan dengan sering melamun dan duduk diam dengan tatapan kosong. Dalam kasus tertentu, anak-anak skizofrenia akan berperilaku layaknya bayi,” jelasnya.
Para ahli membagi gejala-gejala skizofrenia pada anak ke dalam tiga kategori, yakni positif, negatif, dan kognitif.
Untuk gejala-gejala positif, biasanya ditandai dengan perilaku psikosis. Ketika mengalami kondisi ini, anak-anak akan kesulitan membedakan realita dan dunia khayalan.
Adapun untuk gejala negatif, anak-anak akan cenderung mengisolasi diri, tidak mau berbicara kepada orang lain, dan tidak berkenan untuk menunjukkan emosi.
Sementara itu, untuk gejala kognitif, yakni anak mengalami kesulitan dalam berpikir atau mengingat sesuatu. Mereka juga cenderung mudah kehilangan fokus dan sulit mengerti hal-hal yang telah diajarkan.
https://health.kompas.com/read/2021/01/29/180000868/gejala-skizofrenia-pada-anak-berbeda-dari-orang-dewasa