KOMPAS.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berterima kasih kepada para dokter gigi yang masih praktik melayani masyarakat di masa pandemi Covid-19.
Dia pun mengingatkan kepada para dokter gigi bahwa ada banyak teknologi baru yang bisa dimanfaatkan dalam pemberikan layanan kesehatan gigi di tengah wabah virus corona.
Penggunaan teknologi ini penting agar dokter gigi tetap dapat bekerja dengan aman di tengah pandemi.
Hal tersebut disampaikan Menkes saat memberikan sambutan dalam acara Pembukaan Indonesia Virtual Dental Expo (IVDEX) 2021 pada Selasa (9/2/2021) pagi.
IVDEX 2021 adala pameran kedokteran gigi yang diselenggaraan secara virtual oleh Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) dalam rangka HUT ke-71.
“Banyak teknologi baru yang bisa dimanfaatkan, agar pemeriksaan tetap bisa bisa dilakukan secara rutin, tapi juga lebih aman dibandingkan metode pemeriksaan sebelumnya,” kata Menkes.
Beberapa produk teknologi, seperti telemedicine, internet of things, dan artificial intelligence, dikatakan Budi, bisa menjadi kesempatan untuk mengembangkan layanan kesehatan yang aman, baik untuk dokter maupun para pasien.
Menkes menuturkan, Kemenkes ke depan akan merencanakan bagaimana standar protokol kesehatan pada layanan dokter gigi. Protokol kesehatan ditunjukan agar tenaga kesehatan gigi masih bisa berpraktik di masa pandemi.
Di sisi lain, Budi berpesan kepada masyarakat ke depan untuk tidak menunda melakukan pemeriksaan kesehatan gigi secara rutin ke dokter gigi.
Dia melihat untuk anak muda di Indonesia kurang rajin memeriksakan giginya. Banyak yang menunggu sakit dahulu baru pergi ke dokter gigi atau rumah sakit.
“Padahal, perawatan gigi rutin jauh lebih murah dan efisien daripada keluar uang ke rumah sakit (karena sakit). Jadi lebih baik mencegah,” jelas dia.
Budi menyatakan, Kemenkes ke depan akan fokus lebih banyak dari segi waktu, resources, maupun anggaraan ke arah preventif agar masyarakat Indonesia lebih fokus hidupnya sehat.
“Peran ahli dokter gigi muda untuk mengajak masyarakat agar lebih mau konsultasi ke dokter gigi sebelum sakit datang,” tutur dia.
Sementara itu, Ketua Umum PB PDGI, Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K)., MM. FICD, dalam sambutanya, mengungkapkan bahwa PB PDGI telah mengembangkan layanan konsultasi kesehatan gigi dan mulut berbasis internet, yakni teledentistry.
Dengan layanan ini, masyarakat bisa berkonsultasi mengenai permasalahan gigi dan mulut dengan dokter gigi tanpa ada kontak fisik.
Selain itu, PB PDGI sudah membuat buku panduan terkait protokol pencegahan agar para dokter gigi tetap bisa bekerja dan tidak perpapar Covid-19 dari pasien.
Para dokter gigi didorong untuk dapat mencegah dan mengendalikan infeksi di ruang praktik dengan 5M, bukan hanya 3 M, yakni:
Ratusan dokter gigi positif Covid-19
Dalam sambutannya, drg. Sri Hananto juga menyinggung nasib para dokter gigi yang terpapar Covid-19.
Dia mengabarkan bahwa sejak Maret 2020 hingga 8 Februari 2021, sudah ada 338 dokter gigi positif Covid-19. Kebanyakan atau 70 persennya adalah dokter gigi dari Puskesmas.
Berikut ini rincian angkanya:
Dari 338 dokter gigi tersebut, 33 di antaranya meninggal dunia.
“Angka ini perlu menjadi perhatian untuk kita semua, bahwa Covid-19 bukan main-main, yakni memberikan ancaman yang sangat luar biasa untuk dokter gigi kita,” jelas drg. Sri Hananto.
Dia membeberakan, puncak jumlah dokter gigi yang meninggal dunia akibat Covid-19 ditemukan pada bulan Januari 2021, yakni setelah meningkatnya mobilitas masyarakat karena digelar pesta Pilkada serta libur Natal 2020 dan tahun baru 2021.
“April sampai Mei itu tujuh dokter yang meninggal dunia (akibat Covid-19). Sementara, saat diberlakukan PSBB ketat, tidak ada dokter yang meninggal. Setelah ada pelonggaran, mulai ada lagi (yang meninggal). Tertinggi pada Januari ini, ada 14 dokter meninggal, kemungkinan karena ada libur panjang, di mana orang berkumpul dengan keluarga, entah itu pesta atau di restoran,” ucap dia.
https://health.kompas.com/read/2021/02/09/200800368/menkes-dorong-pemanfaatan-teknologi-untuk-layanan-dokter-gigi-saat-pandemi