KOMPAS.com - Perut keroncongan atau borborygmi adalah fenomena normal yang bisa dialami siapa saja.
Banyak orang menganggap perut bunyi krucuk-krucuk hanyalah menjadi tanda perut lapar.
Padahal, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh hal lain, termasuk menjadi tanda adanya suatu penyakit.
Munculnya suara mengeram dan bergemuruh ini juga tidak selalu berasal dari perut, karena bisa juga berasal dari usus kecil di sepanjang saluran pencernaan.
Penyebab perut keroncongan
Merangkum Medical News Today, ada sejumlah alasan mengapa perut keroncongan bisa terjadi.
Beberapa di antaranya, yakni:
1. Untuk membantu pencernaan
Saat makanan mencapai usus kecil, tubuh melepaskan enzim untuk membantu memecah makanan dan memfasilitasi penyerapan nutrisi.
Peristaltik adalah rangkaian kontraksi otot mirip gelombang yang berlangsung untuk menggerakkan makanan di sepanjang saluran pencernaan.
Aktivitas ini, yang melibatkan pergerakan gas dan makanan yang dicerna sebagian, berkontribusi pada suara mengeram dan bergemuruh borborygmi.
2. Untuk memberi tanda rasa lapar
Perut keroncongan memang bisa menjadi tanda perut lapar.
Sekalipun tidak ada makanan yang dikonsumsi pada jam-jam sebelumnya, tubuh akan rutin melakukan proses gerak peristaltik.
Lambung dan usus juga akan melepaskan asam dan enzim untuk mempersiapkan konsumsi makanan.
Suara tersebut dapat bertahan hingga 20 menit setiap kali dan dapat berulang setiap jam hingga makanan dikonsumsi.
3. Untuk menunjukkan adanya masalah medis yang mendasarinya
Terkadang, perut keroncongan dapat dikaitkan dengan masalah medis yang mendasarinya, terutama jika disertai gejala lain, seperti sakit perut, sembelit, atau diare.
Masalah medis atau yang dapat menyebabkan perut keroncongan, di antaranya meliputi:
Jika Anda mengalami perut keroncongan yang dicurigai menjadi tanda adanya kondisi medis di atas, jangan ragu untuk bisa segera berbicara dengan dokter.
Pemeriksaan medis penting untuk mengatasi penyakit yang mendasari atau mencegah penyakit tersebut berkembang semakin parah.
Misalnya saja, IBS. Melansir Very Well Health, IBS biasanya memang tidak meningkatkan risiko kanker, juga tidak merusak usus.
Namun, gejala IBS, seperti diare dan sembelit yang berulang dapat menyebabkan penderita mengembangkan wasir.
Terlebih lagi, jika menderita IBS, seseorang berisiko lebih besar mengalami dehidrasi, terutama jika mengalami diare kronis dan tidak mengonsumsi air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup.
Jika Anda berjuang lebih keras dengan sembelit, ada peningkatan risiko terhadap masalah usus besar.
Ada juga masalah nutrisi yang terkait dengan pembatasan diet yang terkait dengan pengelolaan IBS.
Untuk alasan ini, ahli gizi atau dokter dapat membantu memastikan Anda memenuhi semua kebutuhan nutrisi Anda.
Penderita IBS sedang hingga parah juga cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih buruk.
Sebagai contoh, tuntutan untuk pergi ke kamar mandi sering kali menyebabkan penderita membatalkan acara sosial atau memaksa mereka untuk pergi lebih awal.
Gejalanya bisa sangat signifikan dan mengganggu sehingga beberapa pasien berisiko mengalami gangguan mood seperti depresi atau kecemasan.
https://health.kompas.com/read/2021/02/15/180700468/3-penyebab-perut-keroncongan-bukan-hanya-jadi-tanda-perut-lapar