KOMPAS.com – Melihat anak yang memiliki badan sangat gemuk sepintas bisa jadi membawa kesan begitu menyenangkan atau menggemaskan.
Tapi, jika disadari lebih jauh, para orang tua atau orang dewasa sepatutnya merasa cemas ketika mendapati seorang anak mengalami obesitas.
Hal itu dikarenakan, obesitas pada anak termasuk kondisi medis serius, di mana bisa menjadi bom waktu yang siap meledakkan sejumlah persoalan kesehatan di kemudian hari.
Merangkum Mayo Clinic, obesitas pada anak juga dapat menyebabkan komplikasi pada kesejahteraan sosial dan emosional mereka.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi atau bahaya obesitas pada anak yang kiranya layak diwaspadai:
1. Diabetes tipe 2
Kondisi kronis ini memengaruhi cara tubuh anak menggunakan gula (glukosa).
Obesitas dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
2. Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi
Pola makan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan salah satu atau kedua kondisi ini.
Faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada penumpukan plak di arteri.
Penumpukan plak di arteri selanjutnya dapat menyebabkan arteri menyempit dan mengeras, yang mungkin menyebabkan serangan jantung atau stroke di kemudian hari.
3. Nyeri sendi
Berat badan ekstra bisa menyebabkan tekanan ekstra pada pinggul dan lutut.
Maka dari itu, obesitas pada anak-anak bisa saja menyebabkan nyeri dan terkadang cedera pada bagian pinggul, lutut, dan punggung.
4. Masalah pernapasan
Asma lebih sering terjadi pada anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan.
Anak-anak ini juga lebih mungkin mengembangkan obstructive sleep apnea (OSA), gangguan tidur yang berpotensi serius di mana pernapasan anak terjeda saat tidur.
5. Penyakit perlemakan hati non-alkohol (NAFLD)
Gangguan ini, yang biasanya tidak menimbulkan gejala, dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati.
NAFLD dapat menyebabkan jaringan parut dan kerusakan hati.
6. Kehilangan harga diri dan depresi
Anak-anak yang mengalami obesitas mungkin bisa jadi akan diejek atau di-bully oleh teman-temannya.
Hal ini pun dapat mengakibatkan hilangnya harga diri dan peningkatan risiko depresi dan kecemasan.
Gejala obesitas pada anak
Tidak semua anak yang membawa berat badan ekstra adalah mengalami kelebihan berat badan.
Beberapa anak memiliki kerangka tubuh yang lebih besar dari rata-rata.
Selain itu, anak-anak biasanya membawa jumlah lemak tubuh yang berbeda pada berbagai tahap perkembangan.
Jadi, obesitas tidak bisa hanya dinilai dari penampilan anak saja.
Body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) yang memberikan pedoman berat dalam kaitannya dengan tinggi badan adalah ukuran yang diterima untuk kelebihan berat badan dan obesitas.
Dokter anak dapat menggunakan grafik pertumbuhan, BMI, dan jika perlu, tes lain untuk membantu para orangtua mengetahui apakah berat badan anak dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Melansir Health Line, anak-anak yang memiliki BMI pada tingkat yang sama atau lebih tinggi dari 95 persen dari teman sebayanya dianggap mengalami obesitas.
Penghitungan BMI untuk anak memang cukup berbeda dengan BMI untuk orang dewasa.
Bagi anak-anak, mengukur tinggi dan berat badan saja tidak akan seakurat pada orang dewasa. Pasalnya, persentase lemak tubuh anak-anak berubah ketika mereka tumbuh.
BMI anak-anak bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin mereka.
Itu mengapa ketika para ahli berbicara tentang BMI anak, biasanya tidak mengungkap angka biasa (seperti pada orang dewasa), melainkan menyebut dengan persentase.
Ini menunjukkan begaimana BMI anak dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia dan jenis kelamin yang sama.
Untuk menghitung persentase BMI anak, para ahli mengambil BMI anak (bersama usia dan jenis kelamin) dan mencarinya di perdiatrik kurva pertumbuhan.
Pengelompokkan persentase BMI untuk anak, yakni sebagai berikut:
https://health.kompas.com/read/2021/02/17/061000568/6-bahaya-obesitas-pada-anak-yang-perlu-diwaspadai