KOMPAS.com - Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang serius di mana seseorang mengadopsi metode yang tidak sehat dan ekstrim untuk menurunkan berat badan atau menghindari penambahan berat badan.
Ada dua tipe anoreksia nervosa yang dapat ditemukan, yakni tipe restriktif dan tipe binge eating/purging.
Penderita anoreksia restriktif mengontrol berat badan mereka dengan membatasi asupan makanan.
Sementara, penderita anoreksia tipe binge eating/purging mengeluarkan apa yang telah mereka makan dengan cara muntah yang disengaja atau penggunaan obat-obatan seperti pencahar dan diuretik.
Berbagai faktor yang kompleks memengaruhi perkembangan anoreksia.
Merangkum Mayo Clinic, alasan berkembangnya anoreksia dapat berbeda untuk setiap orang.
Ini mungkin termasuk:
Kelompok orang dengan risiko tertinggi terkena anoreksia adalah wanita di usia remaja dan dewasa muda, meskipun pria dan wanita yang lebih tua juga berisiko mengidapnya.
Anoreksia biasanya tidak cepat terdiagnosis karena orang dengan gangguan makan biasanya tidak tahu bahwa mereka mengalaminya.
Oleh sebab itu, penderita mungkin tidak meminta bantuan.
Pengidap anoreksia juga biasa menjadi pendiam dan tidak mendiskusikan pendapatnya tentang makanan atau citra tubuh, sehingga orang lain sulit menyadari gejalanya.
Tidak ada tes tunggal yang dapat mengidentifikasi gangguan makan tersebut.
Pasalnya, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk membuat diagnosis formal.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin bisa menjadi tanda dan gejala anoreksia pada umumnya:
1. “Mencuci perut” untuk mengontrol berat badan
Melansir Health Line, purging atau “cuci perut” adalah karakteristik umum dari anoreksia.
Perilaku purging termasuk muntah yang diinduksi sendiri dan penggunaan obat-obatan tertentu secara berlebihan seperti pencahar atau diuretik.
Tindakan mencuci perut ini juga bisa dilakukan dengan penggunaan enema atau memasukkan suatu larutan untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik.
Anoreksia tipe binge eating/purging ditandai dengan episode makan berlebihan yang diikuti dengan muntah yang disengaja.
Menggunakan obat pencahar dalam jumlah besar adalah bentuk lain dari “pembersihan” ini.
Obat-obatan ini digunakan untuk mengurangi penyerapan makanan dan mempercepat pengosongan lambung dan usus.
Demikian pula, diuretik sering digunakan untuk meningkatkan buang air kecil dan mengurangi air tubuh sebagai alat untuk menurunkan berat badan.
Sebuah studi yang mengeksplorasi prevalensi purging pada pasien gangguan makan menemukan bahwa hingga 86 persen menggunakan muntah yang diinduksi sendiri atau disengaja, 56 persen penyalahgunaan obat pencahar, dan 49 persen memakai diuretik yang disalahgunakan.
Berbagai upaya “cuci perut” seperti ini tentu dapat menyebabkan banyak komplikasi kesehatan yang serius.
2. Obsesi dengan makanan, kalori, dan diet
Kekhawatiran terus-menerus tentang makanan dan pemantauan ketat terhadap asupan kalori adalah karakteristik umum anoreksia.
Penderita anoreksia mungkin mencatat setiap makanan yang mereka konsumsi, termasuk air.
Terkadang, mereka bahkan menghafal kandungan kalori pada setiap makanan.
Khawatir kelebihan berat badan berkontribusi pada obsesi dengan makanan.
Orang-orang yang menderita anoreksia dapat menurunkan asupan kalori mereka secara drastis dan mempraktikkan diet ekstrem.
Beberapa mungkin menghilangkan makanan tertentu atau seluruh kelompok makanan, seperti karbohidrat atau lemak, dari makanan mereka.
Padahal, jika seseorang membatasi asupan makanan untuk waktu yang lama, hal itu dapat menyebabkan malnutrisi parah dan kekurangan nutrisi, yang dapat mengubah suasana hati dan meningkatkan perilaku obsesif terhadap makanan.
Asupan makanan yang berkurang juga dapat memengaruhi hormon pengatur nafsu makan, seperti insulin dan leptin.
Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan lain seperti kehilangan massa tulang, serta masalah reproduksi, mental, dan pertumbuhan.
3. Perubahan mood dan keadaan emosional
Orang yang didiagnosis dengan anoreksia sering juga memiliki gejala kondisi lain, termasuk depresi, kecemasan, hiperaktif, perfeksionisme, dan impulsif.
Gejala-gejala ini dapat menyebabkan penderita anoreksia tidak menemukan kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan bagi orang lain.
Pengendalian diri yang ekstrim juga umum terjadi pada anoreksia. Karakteristik ini diwujudkan dengan membatasi asupan makanan untuk mencapai penurunan berat badan.
Selain itu, seseorang dengan anoreksia mungkin menjadi sangat sensitif terhadap kritik, kegagalan, dan kesalahan.
Ketidakseimbangan dalam beberapa hormon, seperti serotonin, dopamin, oksitosin, kortisol dan leptin, dapat menjelaskan beberapa karakteristik ini pada penderita anoreksi.
Karena hormon ini mengatur suasana hati, nafsu makan, motivasi dan perilaku, tingkat abnormal dapat menyebabkan perubahan suasana hati, nafsu makan tidak teratur, perilaku impulsif, kecemasan, dan depresi.
Selain itu, mengurangi asupan makanan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi yang terlibat dalam pengaturan suasana hati.
4. Kesalahan dalam memahami citra tubuh
Bentuk tubuh dan daya tarik menjadi perhatian penting bagi penderita anoreksia.
Konsep citra tubuh melibatkan persepsi seseorang tentang ukuran tubuh mereka dan bagaimana perasaan mereka tentang tubuh mereka.
Anoreksia ditandai dengan memiliki citra tubuh yang negatif dan perasaan negatif terhadap diri fisik.
Dalam sebuah penelitian, partisipan yang merupakan penderita anoreksia menunjukkan kesalahpahaman tentang bentuk dan penampilan tubuh mereka.
Partisipan juga menunjukkan dorongan tinggi untuk menjadi kurus.
Karakteristik klasik dari anoreksia melibatkan perkiraan ukuran tubuh yang berlebihan atau pandrita mengira mereka memiliki ukuran tubuh lebih besar dari yang sebenarnya.
Sebuah studi menyelidiki konsep ini pada 25 orang penderita anoreksia dengan meminta mereka menilai apakah mereka terlalu besar untuk melewati lubang seperti pintu.
Mereka dengan anoreksia secara signifikan melebih-lebihkan ukuran tubuh mereka, dibandingkan dengan kelompok bukan penderita.
Pemeriksaan tubuh berulang merupakan karakteristik lain dari anoreksia.
Contoh perilaku ini termasuk melihat diri sendiri di cermin, memeriksa ukuran tubuh dan mencubit lemak di bagian tubuh tertentu.
Pemeriksaan tubuh ini dapat meningkatkan ketidakpuasan dan kecemasan terhadap tubuh, sehingga mempromosikan pembatasan makanan pada penderita anoreksia.
5. Olahraga berlebihan
Seseorang yang menderita anoreksia, terutama dengan tipe restriktif, sering melakukan olahraga berlebihan untuk menurunkan berat badan.
Faktanya, sebuah studi pada 165 partisipan menunjukkan bahwa 45 persen dari mereka yang mengalami gangguan makan juga berolahraga secara berlebihan.
Di antara kelompok ini, ditemukan bahwa olahraga berlebihan paling umum terjadi pada mereka dengan tipe anoreksia restriktif (80 persen) dan binge eating/purging (43 persen).
Pada remaja dengan gangguan makan, olahraga berlebihan tampaknya lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Beberapa orang dengan anoreksia juga mengalami perasaan sangat bersalah saat melewatkan olahraga.
Olahraga berlebihan sering kali muncul bersamaan dengan tingkat kecemasan, depresi, dan kepribadian serta perilaku obsesif yang tinggi.
Selain itu, tampaknya kadar leptin yang rendah yang ditemukan pada penderita anoreksia dapat meningkatkan hiperaktif dan kegelisahan.
6. Pola makan tidak teratur dan tidak nafsu makan
Pola makan yang tidak teratur dan tingkat nafsu makan yang rendah merupakan tanda anoreksia lainnya.
Jenis anoreksia restriktif ditandai dengan penolakan terus menerus terhadap rasa lapar dan penolakan untuk makan.
Sejumlah faktor mungkin berkontribusi pada perilaku ini.
Pertama, ketidakseimbangan hormon dapat memprovokasi penderita anoreksia untuk terus takut menambah berat badan, yang mengakibatkan penolakan untuk makan.
Estrogen dan oksitosin adalah dua hormon yang terlibat dalam pengendalian rasa takut.
Rendahnya tingkat hormon ini yang biasanya ditemukan pada penderita anoreksia dapat membuat sulit untuk mengatasi rasa takut terus-menerus terhadap makanan dan lemak.
Ketidakteraturan dalam hormon kelaparan dan rasa kenyang, seperti kortisol dan peptida YY, dapat berkontribusi pada penghindaran makan.
Orang dengan anoreksia dapat menemukan penurunan berat badan lebih memuaskan daripada makan, yang dapat membuat mereka ingin terus membatasi asupan makanan.
7. Punya “ritual makan” khusus yang harus dijalani
Perilaku obsesif terhadap makanan dan berat badan sering kali memicu kontrol ketat terhadap kebiasaan makan.
Melakukan ritual semacam itu dianggap dapat meredakan kecemasan, membawa kenyamanan, dan menghasilkan rasa kendali.
Beberapa “ritual makan” paling umum yang terlihat pada anoreksia meliputi:
Orang dengan anoreksia dapat melihat penyimpangan dari ritual ini sebagai kegagalan dan kehilangan kendali diri.
8. Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
Dalam beberapa kasus, anoreksia dapat menyebabkan penggunaan alkohol kronis, obat-obatan tertentu, dan pil diet.
Alkohol dapat digunakan untuk menekan nafsu makan dan mengatasi kecemasan dan stres.
Mereka yang melakukan binge eating/purging dilaporkan sekitar 18 kali lebih mungkin untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan daripada jenis pembatasan.
Bagi beberapa orang, penyalahgunaan alkohol mungkin juga diikuti dengan pengurangan drastis dalam asupan makanan untuk mengimbangi kalori yang dikonsumsi melalui minuman.
Penyalahgunaan obat lain, termasuk amfetamin, kafein atau efedrin, umum terjadi pada tipe restriktif, karena zat ini dapat menekan nafsu makan, meningkatkan metabolisme dan meningkatkan penurunan berat badan dengan cepat.
Pembatasan makanan dan penurunan berat badan yang cepat dapat memengaruhi otak dengan cara yang selanjutnya dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi obat-obatan.
Sementara, penyalahgunaan zat jangka panjang yang dikombinasikan dengan pengurangan asupan makanan dapat menyebabkan kekurangan gizi dan memicu masalah kesehatan lainnya.
9. Penurunan berat badan yang ekstrim
Penurunan berat badan yang berlebihan merupakan tanda fisik utama dari anoreksia. Ini adalah salah satu kondisi yang paling mengkhawatirkan.
Tingkat keparahan anoreksia tergantung pada sejauh mana seseorang menekan berat badannya.
Penekanan berat badan adalah perbedaan antara berat badan tertinggi seseorang di masa lalu dan berat badan saat ini.
Sebuah studi menunjukkan bahwa penekanan berat badan memiliki hubungan yang signifikan dengan berat badan, masalah tubuh, olahraga berlebihan, pembatasan makanan, dan penggunaan obat pengontrol berat badan.
Pedoman untuk diagnosis anoreksia menganggap penurunan berat badan relevan jika berat badan saat ini 15 persen di bawah berat badan yang diharapkan dari seseorang pada usia dan tinggi tersebut, atau jika indeks massa tubuh (BMI) menunjukkan angka 17,5 atau kurang.
Namun, perubahan berat badan pada seseorang mungkin sulit untuk diperhatikan dan mungkin tidak cukup untuk mendiagnosis anoreksia.
Oleh karena itu, semua tanda dan gejala lainnya perlu dipertimbangkan untuk membuat penentuan yang akurat.
10. Gejala fisik yang dapat berkembang seiring waktu
Sembilan gejala yang tercantum di atas mungkin merupakan indikasi anoreksia yang pertama dan paling jelas.
Pada penderita anoreksia yang lebih parah, organ tubuh dapat terpengaruh dan memicu gejala lain.
Ini termasuk:
Karena kemungkinan sembuh total lebih tinggi dengan pengobatan dini, penting untuk mencari bantuan segera setelah gejala anoreksia terlihat.
https://health.kompas.com/read/2021/03/11/160700168/10-gejala-anoreksia-nervosa-gangguan-makan-serius-yang-perlu-diwaspadai