KOMPAS.com - Gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.
Tetapi, meskipun ringan atau bahkan tanpa gejala yang terlihat, orang dengan HIV-positif masih dapat menularkan virus ke orang lain.
Itulah salah satu dari banyak alasan mengapa penting bagi orang-orang untuk dapat mengetahui status HIV mereka.
Banyak gejala HIV sama di antara pria dan wanita, tetapi beberapa lainnya mungkin berbeda.
Wanita mungkin bertanya-tanya bagaimana gejala HIV pada mereka dapat berbeda dari yang terlihat pada pria.
Berikut ini adalah beberapa gejala HIV pada wanita yang mungkin saja bisa terjadi:
1. Gejala dini mirip flu
Melansir Health Line, pada minggu-minggu awal setelah tertular HIV, tidak jarang orang tanpa menunjukkan gejala.
Sementara, beberapa orang mungkin mengalami gejala mirip flu ringan.
Ini termasuk:
Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan waktu hingga 10 tahun untuk gejala yang lebih parah muncul.
2. Ruam kulit dan luka kulit
Kebanyakan orang dengan HIV mengalami masalah kulit.
Ruam adalah gejala umum HIV, dan berbagai jenis ruam kulit telah dikaitkan dengan kondisi tersebut.
Ruam kulit mungkin merupakan gejala HIV itu sendiri atau akibat dari infeksi atau kondisi yang membersamai.
Jika ruam muncul, sebaiknya minta dokter meninjau riwayat kesehatan Anda. Dokter dapat menggunakan riwayat medis lengkap untuk menentukan tes diagnostik yang diperlukan.
Luka atau lesi juga bisa terbentuk di kulit mulut, alat kelamin, dan anus orang dengan HIV.
Namun, dengan pengobatan yang tepat, masalah kulit bisa menjadi tidak terlalu parah.
3. Kelenjar bengkak
Kelenjar getah bening terletak di beberapa lokasi di tubuh manusia, termasuk leher, belakang kepala, ketiak, dan selangkangan.
Sebagai bagian dari sistem kekebalan, kelenjar getah bening menangkis infeksi dengan menyimpan sel kekebalan dan menyaring patogen.
Ketika HIV mulai menyebar, sistem kekebalan bekerja dengan sangat cepat. Akibatnya, kelenjar getah bening bisa membesar.
Kondisi ini sering kali menjadi salah satu tanda pertama HIV.
Pada orang yang hidup dengan HIV, pembengkakan kelenjar bisa berlangsung selama beberapa bulan.
4. Alami infeksi oportunistik
HIV mempersulit sistem kekebalan untuk melawan kuman, sehingga infeksi oportunistik (IO) lebih mudah terjadi.
Beberapa di antaranya termasuk:
Infeksi jamur (sejenis kandidiasis) dan infeksi bakteri mungkin lebih umum pada wanita HIV-positif ketimbang pada pria HIV-positif, serta lebih sulit untuk diobati.
Secara umum, orang dengan HIV juga lebih rentan terhadap infeksi pada area tubuh berikut:
HIV juga dapat mempersulit pengobatan penyakit umum seperti flu.
Namun, mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dan mencapai penekanan virus akan secara dramatis mengurangi risiko seseorang terkena infeksi oportunistik.
Tindakan penanganan lainnya, termasuk sering mencuci tangan untuk membantu mencegah beberapa penyakit ini dan komplikasinya.
5. Demam dan keringat malam
Orang dengan HIV mungkin mengalami demam ringan dalam waktu lama.
Suhu tubuh antara 37,7 derajat Celcius dan 38,2 derajat Celcius dianggap sebagai demam ringan.
Tubuh mengalami demam jika ada yang tidak beres. Tetapi penyebabnya memang tidak selalu jelas.
Karena ini demam ringan, orang-orang yang tidak menyadari status HIV-positifnya sangat mungkin mengabaikan gejalanya.
Terkadang, keringat malam yang mengganggu tidur bisa menyertai demam.
6. Perubahan pada siklus menstruasi
Wanita dengan HIV dapat mengalami perubahan pada siklus menstruasinya.
Di mana, menstruasi mereka mungkin lebih ringan atau lebih berat dari biasanya, atau mungkin tidak ada menstruasi sama sekali.
Wanita HIV-positif juga dilaporkan bisa mengalami gejala pramenstruasi yang lebih parah.
7. Meningkatan gejala infeksi menular seksual (IMS) lainnya
Bagi orang yang sudah menderita IMS atau penyakit menular seksual (PMS) lain, HIV dapat memperburuk gejala.
Misalnya, human papillomavirus (HPV) yang menyebabkan kutil kelamin, cenderung lebih aktif pada orang yang mengidap HIV.
HIV juga dapat menyebabkan perjangkitan yang lebih sering dan lebih intens pada orang dengan herpes genital.
Tubuh pengidap HIV mungkin juga tidak merespons pengobatan herpes dengan baik.
8. Penyakit radang panggul
Pelvic inflammatory disease (PID) atau penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi pada rahim, saluran tuba, dan ovarium.
PID pada perempuan HIV-positif mungkin lebih sulit diobati.
Selain itu, gejala dapat berlangsung lebih lama dari biasanya atau kembali lebih sering.
9. Gejala lanjut HIV dan AIDS
Saat HIV berkembang, gejalanya bisa meliputi:
Pada tahap selanjutnya, HIV dapat menyebabkan:
Tahapan HIV yang paling lanjut adalah acquired immune deficiency syndrome (AIDS).
Pada tahap ini, sistem kekebalan sangat lemah, dan infeksi menjadi semakin sulit untuk dilawan.
Seseorang didiagnosis AIDS ketika jumlah CD4-nya turun di bawah 200 sel per milimeter kubik darah (mm³).
Pada titik ini, risiko kanker tertentu meningkat.
Apa yang disebut sebagai "kanker terdefinisi AIDS" ini termasuk sarkoma Kaposi, limfoma non-Hodgkin, dan kanker serviks (yang khusus untuk wanita).
Cara mengurangi risiko HIV
HIV pada dasarnya ditularkan melalui cairan tubuh. Ini dapat terjadi melalui berbagi jarum selama penggunaan narkoba atau melalui hubungan seksual.
Melansir Medical News Today, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko HIV:
Wanita tanpa HIV yang memiliki pasangan HIV-positif dilaporkan tidak berisiko tertular virus jika pasangannya menggunakan obat HIV setiap hari dan mencapai penekanan virus, meskipun penggunaan kondom secara terus-menerus disarankan.
https://health.kompas.com/read/2021/03/28/120700668/9-gejala-hiv-pada-wanita-yang-baik-diwaspadai