KOMPAS.com - Lonjakan kasus Covid 19 di Indonesia semakin hari semakin besar.
Tercatat, sebesar 145 kasus Covid19 di Indonesia berasal dari tiga varian barus virus Corona, yaitu varian Alpha, Beta, dan Delta.
Lalu apa beda ketiga varian tersebut? Berikut informasinya:
Mengenal Varian Alpha
Barial Alpha atau B.1.1.7 pertama kali di temukan di London dan beberapa bagian Inggris.
Varian ini juga diperkirakan lebih menular daripada varian sebelumnya.
Menurut data CDC, varian ini mengalami mutasi pada reseptor binding domain (RBD) protein spike pada posisi 501, dimana asam amino asparagine (N) telah diganti dengan tirosin (Y).
Karena itu, mutasi virus ini juga disebyt N501Y. Varian ini juga dianggap lebih menular daripada virus Corona yang pertama kali ditemukan.
Namun, belum ada bukti jika virus corona varian Alpha ini memicu gejala yang berbeda daripada virus Corona yang pertama kali ditemukan.
Umumnya, gejala yang ditimbulkan varian Alpha berupa berikut:
cara umum, infeksi varian baru cirus corona ini memicu gejala berikut:
Varian Beta
Varian beta atau B.1.351 pertama kali pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada awal Oktober.
Varian Beta dianggap lebih mudah menginfeksi orang-orang berusia muda.
Varian ini juga membawa mutasi yang disebut E484K, yang membantu virus menghindari sistem kekebalan seseorang.
Kabar burunya lagi, vaksin tidak bekerja dengan baik untuk melawannya, khususnya vaksin AstraZeneca.
Varian Delta
Varian Delta atau B.1.617.2 i pertama kali terdeteksi pada bulan Oktober di India.
Varian ini juga lebih mudah menular dan mampu menghindari respons imun tubuh.
Bahkan, vaksin pun dianggap tiak efektif melawan varian ini. Varian delta juga diprediksi segera menjadi virus yang paling dominan di dunia dan menyebabkan wabah cepat di negara-negara tanpa tingkat vaksinasi yang tinggi.
Varian virus ini bisa memicu sakit parah dalam 3 atau 4 hari setelah terinfeksi.
Gejala yang ditimbulkan dari varian ini antara lain:
https://health.kompas.com/read/2021/06/20/193600668/mengenal-perbedaan-varian-alpha-beta-dan-delta-dalam-kasus-covid-19