Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Covid-19 Memengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut?

KOMPAS.com - Dokter dan peneliti sedang menyelidiki adanya hubungan antara Covid-19 dan kesehatan gigi dan mulut.

Sebuah penelitian berjudul "The relationship between COVID-19 and the dental damage stage determined by radiological examination" menunjukkan bahwa kesehatan mulut yang buruk dapat berperan dalam penularan SARS-CoV-2.

Studi tersebut mencatat bahwa mulut dapat bertindak sebagai titik masuk untuk SARS-CoV-2 karena sel-sel di lidah, gusi, dan gigi memiliki enzim pengubah angiotensin-2 (ACE2).

Ini adalah reseptor protein yang memungkinkan virus memasuki sel.

Pada mereka dengan kesehatan mulut yang buruk, kehadiran reseptor ACE2 tampaknya lebih tinggi.

Sementara itu, artikel lain berjudul "Could there be a link between oral hygiene and the severity of SARS-CoV-2 infections?" mencatat bahwa mungkin ada hubungan antara penyakit gusi dan perubahan plak gigi dengan peningkatan risiko komplikasi dari Covid-19.

Para peneliti menyarankan bahwa kurangnya kebersihan mulut dapat meningkatkan kemungkinan bakteri berpindah dari mulut ke paru-paru.

Ini kemudian dapat meningkatkan risiko mengembangkan infeksi bakteri selain Covid-19.

Covid-19 dan radang gusi

Gingivitis mengacu pada peradangan yang terjadi di gusi. Beberapa gejala gingivitis antara lain:

  • gusi merah, bengkak
  • gusi berdarah saat menyikat gigi atau flossing
  • bau mulut
  • rasa tidak enak di mulut

Kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan akumulasi bakteri yang menempel pada gigi dan membentuk plak gigi. Ini adalah penyebab umum gingivitis.

Penulis satu laporan kasus 2021 berspekulasi bahwa memiliki penyakit yang melemahkan seperti Covid-19 dapat berarti bahwa seseorang cenderung tidak mempraktikkan kebersihan mulut yang baik.

Hal ini memungkinkan plak gigi tumbuh sehingga meningkatkan risiko gingivitis.

Para peneliti juga menyarankan bahwa gusi berdarah mungkin merupakan gejala Covid-19.

Mereka mengamati bahwa gejala gingivitis berkurang setelah Covid-19 mereda.

Namun, temuan ini didasarkan pada penelitian terhadap tiga orang.

Penelitian lebih lanjut dalam populasi yang lebih luas diperlukan untuk mengonfirmasi mereka.

Bisakah Covid-19 menyebabkan gigi sensitif?

Tampaknya tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara Covid-19 dan sensitivitas gigi.

Seseorang mengalami sensitivitas gigi ketika enamel, yang merupakan lapisan luar keras yang melindungi gigi, menjadi rusak atau melemah.

Beberapa gejala gigi sensitif antara lain:

  • rasa sakit atau tidak nyaman saat mengunyah
  • kepekaan terhadap makanan panas atau dingin
  • nyeri setelah terpapar udara dingin
  • kepekaan terhadap makanan dan minuman manis atau asam

Untuk kasus sensitivitas gigi yang ringan, seseorang dapat menggunakan pasta gigi khusus gigi sensitif.

Mereka juga dapat mencoba menggunakan sikat gigi ekstra lembut.

Jika gejalanya menetap, seseorang mungkin ingin berkonsultasi dengan dokter gigi.

Covid-19 dan mulut kering

Mulut kering, atau xerostomia, terjadi ketika air liur tidak mencukupi untuk menjaga kelembapan mulut.

Hal ini membuat sulit untuk memecah makanan, membersihkan partikel makanan dari mulut, dan menelan makanan.

Mulut kering mungkin merupakan gejala awal Covid-19 dan itu adalah salah satu gejala mulut paling umum yang dilaporkan oleh 108 orang dalam sebuah penelitian di The Lancet. Namun, alasannya masih belum jelas.

Penulis penelitian mengatakan bahwa mulut kering mungkin merupakan efek langsung dari virus SARS-CoV-2 yang menginfeksi dan merusak kelenjar ludah.

Ini juga dapat terjadi karena kebersihan mulut yang buruk atau sebagai efek samping dari pengobatan Covid-19.

Tanpa pengobatan, mulut kering dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi dan infeksi pada mulut.

Covid-19 dan sariawan

Seperti infeksi virus lainnya, SARS-CoV-2 merusak sistem kekebalan dan membuat seseorang rentan terhadap kondisi sekunder lainnya.

Beberapa orang yang sembuh dari infeksi ini melaporkan mengalami sariawan di mulut mereka

Ulkus dapat berkembang sebagai bercak putih di lidah, gusi, atau langit-langit mulut.

Beberapa gejala lain termasuk:

  • benjolan putih atau merah di mulut
  • nyeri tumpul
  • ketidaknyamanan saat makan dan minum
  • sensasi terbakar

Menurut National Health Service (NHS), sariawan cenderung sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 minggu.

Seseorang harus berkonsultasi dengan dokter jika sariawan bertahan lebih dari 3 minggu karena ini bisa mengindikasikan infeksi oportunistik lainnya.

https://health.kompas.com/read/2021/09/15/170100268/apakah-covid-19-memengaruhi-kesehatan-gigi-dan-mulut-

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke