KOMPAS.com - Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang melibatkan perubahan signifikan dalam suasana hati dan gejala lainnya.
Beberapa karakteristik kondisi dan dampaknya bisa berbeda untuk wanita, dibandingkan dengan pria.
Gangguan bipolar dapat dimulai pada usia berapa pun dan berkembang pada pria dan wanita dengan kecepatan yang sama meskipun ada perbedaan di antara keduanya.
Misalnya, menurut studi berjudul "Bipolar Disorder in Women", wanita akan memiliki periode gejala depresi yang lebih lama daripada pria.
Kondisi ini pun menyebabkan gangguan bipolar yang diidap oleh wanita pun akan lebih sulit untuk didiagnosis.
Wanita mungkin juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap kondisi yang dapat menyertai gangguan bipolar, seperti migrain, masalah tiroid, obesitas, dan gangguan kecemasan.
Selain itu, dan yang terpenting, kehamilan, menstruasi, dan menopause dapat memengaruhi gejala dan pilihan pengobatan untuk gangguan bipolar.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui gejala bipolar pada wanita agar bisa melakukan tindakan preventif.
Gejala bipolar pada wanita
Untuk diagnosis gangguan bipolar, seseorang perlu mengalami setidaknya satu episode mania atau hipomania, yang merupakan suasana hati "tinggi".
Hal ini dijelaskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
Gejala mania atau hipomania pada pria dan wanita antara lain:
Di samping itu, banyak orang dengan gangguan bipolar juga mengalami setidaknya satu episode depresi yang bisa parah.
Sekitar 70 persen wanita mengalami kondisi ini. Jumlah ini tentu saja lebih tinggi dari laki-laki yang menyentuh angka 67 persen.
Gejala depresi meliputi:
Psikosis bipolar, yang mungkin melibatkan delusi, paranoia, atau halusinasi, dapat terjadi ketika episode mania atau depresi parah.
Pengaruh menstruasi, kehamilan, dan menopause
Melansir dari Medical News Today, menstruasi, kehamilan, dan menopause dapat mempengaruhi bagaimana gangguan bipolar mempengaruhi wanita.
Kehamilan
Riset menunjukkan bahwa di antara wanita dengan gangguan bipolar:
Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa menjadi orang tua baru sangat meningkatkan risiko episode parah di antara wanita dengan gangguan bipolar, tetapi tidak pada pria.
Ini mendukung gagasan bahwa faktor hormonal mungkin berperan.
Namun, penulis mencatat bahwa wanita juga lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk mengalami masalah tidur di hari-hari awal sebagai orang tua, yang juga bisa menjadi pemicu.
Siapa pun dengan gangguan bipolar yang sedang hamil atau berencana untuk hamil harus mendiskusikan kemungkinan efek dan perubahan yang diperlukan untuk pengobatan dengan tim kesehatan mereka.
Menstruasi
Penelitian menunjukkan bahwa gejala gangguan bipolar dapat memburuk pada tahap pramenstruasi dari siklus menstruasi.
Sebuah studi menemukan bahwa 25 persen wanita dengan gangguan bipolar mengalami depresi pramenstruasi.
Hormon yang ada di sekitar menstruasi mungkin sedikit mengubah efek lithium (Eskalith, Lithobid), pengobatan untuk gangguan bipolar. Ini dapat mengurangi efektivitas obat.
Menopause
Sekitar 20 persen wanita dengan gangguan bipolar memiliki gejala yang memburuk - terutama depresi - sekitar menopause.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa wanita di atas 40 tahun mungkin memiliki dosis obat yang lebih tinggi daripada wanita yang lebih muda.
Selain itu, wanita yang menggunakan pengobatan berbasis hormon untuk gejala menopause tampaknya lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala gangguan bipolar yang memburuk.
Temuan ini mungkin menunjukkan hubungan antara penurunan kadar estrogen dan gejala yang memburuk.
https://health.kompas.com/read/2021/10/03/150000768/gejala-bipolar-pada-wanita-yang-harus-diwaspadai