KOMPAS.com - Banyak orang mengira bahwa ganguan onsesif kompulsif (OCD) dan perfeksionisme adalah hal yang sama.
Biasanya, orang-orang yang memiliki sifat perfeksionis seringkali diklaim sebagai penderita OCD.
OCD memang bisa terjadi karena adanya dorongan sifat perfeksionisme. Namun, OCD dan perfekksionisme adalah dua hal yang berbeda.
"Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif tahu bahwa perilaku mereka bermasalah tetapi mereka tidak bisa menghentikannya. Orang dengan perfeksionisme tidak peduli – itu membuat hidup mereka teratur,” ucap psikiater Joseph Baskin.
Apa itu OCD?
OCD adalah gangguan kesehatan mental yang melibatkan pikiran atau desakan yang berulang dan tidak diinginkan yang menyebabkan seseorang cemas.
Untuk mengurangi kecemasan itu, penderita melakukan tindakan kompulsif – terkadang tindakan yang tidak selalu terkait dengan ketakutan atau kecemasan yang ingin mereka atasi.
Mereka mungkin mengerti bahwa apa yang mereka lakukan tidak rasional tetapi masih menghabiskan waktu berjam-jam sehari untuk melakukannya.
Misalnya, seseorang dengan pikiran obsesif tentang keselamatan mereka sendiri atau keselamatan orang yang mereka cintai mungkin merasa perlu untuk membuka dan mengunci kembali pintu depan mereka belasan kali sebelum meninggalkan rumah.
"Mereka tahu bahwa hal itu tak harus mereka lakukan Namun jika tidak dilakukan, mereka bisa mengalami kecemasan yang dahsyat," tambahnya.
Beda OCD dan Perfeksionisme
Orang yang memiliki sifat perfeksionisme juga memiliki kebiasaan atau ritual yang mereka ikuti secara kaku, seperti rutinitas pagi tertentu atau cara mengatur meja mereka di tempat kerja.
Namun jika tidak melakukannya, mereka tidak akan merasa cemas.
“Orang yang perfeksionis puas melakukan hal-hal itu karena itu bekerja dengan baik untuk mereka, bahkan jika itu membuat orang lain gila,” kata Baskin.
Seseorang yang perfeksionis memiliki harapan yang tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
Sifat kepribadian ini biasanya dikaitkan dengan organisasi yang baik dan perilaku yang berorientasi pada tujuan.
Namun, di sisi lain, standar yang tinggi ini juga dapat mendorong orang menjadi sangat kritis terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
"Gangguan obsesif kompulsif biasanya diobati dengan kombinasi atau psikoterapi dan obat-obatan," Dr. Baskin.
Terapi OCD dilakukan dengan pendekatan yang bertujuan membantu penderita berhenti melawan kenyataan dan melepaskan apa yang tidak dapat mereka kendalikan.
Terkadang, dokter juga memberikan pasien OCD terapi dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), jenis obat yang biasa diresepkan untuk gangguan kesehatan mental.
Sementara itu, orang yang perfeksionis biasanya tidak membutuhkan terapi khusus. Namun, mereka bisa mendapat manfaat dari psikoterapi.
https://health.kompas.com/read/2022/01/31/070000768/terlihat-sama-ini-beda-ocd-dan-perfeksionisme