KOMPAS.com - Retinoblastoma atau kanker bola mata merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui pada anak-anak berusia di bawah empat tahun. Retinoblastoma jarang menyerang orang usia dewasa.
Dijelaskan oleh konsultan pediatrik oftamologi, Dr.Julie D Barliana Sp.M(K), retinoblastoma disebabkan karena mutasi genetik sejak dalam kandungan. Penyakit ini membuat penderitanya mengalami gangguan penglihatan.
“Di RSCM ditemukan 30-40 kasus baru per tahun dan biasanya kasusnya sudah berat, tumornya sudah keluar dari bola mata. Ini menunjukkan deteksi dini belum dijalankan dengan baik,” kata dr Julie dalam acara webinar yang digelar Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), 27/8/2022.
Dokter Julie menyebutkan beberapa gejala utama retinoblastoma yang perlu diwaspadai, di antaranya ada bintik putih yang akan bersinar jika terkena sinar.
“Bintik putih ini bisa di satu atau dua mata sekaligus. Sebanyak 62 persen kasus memiliki gejala ini,” ujar dokter dari RSPUN Dr.Cipto Mangunkusumo ini.
Gejala lain berupa mata merah meski tidak terasa sakit, menonjol, atau juling. Gejala ini harus diwaspadai jika ditemukan pada anak berusia 1-3 tahun, apalagi ada riwayat retinoblastoma dalam keluarga, atau ada infeksi saat kehamilan.
Untuk memastikan apakah kelainan itu merupakan gejala kanker atau bukan, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan.
Pencegahan
Pola hidup sehat dan menjaga pola makan selama kehamilan merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko penyakit bawaan pada anak.
Selain itu, dokter Julie menyarankan untuk segera mengecek mata bayi setelah lahir jika ada riwayat retinoblastoma dalam keluarga.
“Pasien dengan riwayat retinoblastoma di keluarga disarankan menjalankan konseling genetik sebelum hamil,” katanya.
Pemeriksaan awal kondisi mata balita bisa dilakukan di Puskesmas. Petugas kesehatan cukup membuka mata bayi untuk melihat keberadaan bintik putih di bola mata.
“Cek kelainan mata bayi dan balita tidak tidak hanya bermanfaat untuk deteksi dini retinoblastoma. Beberapa kasus balita dengan penglihatannya berkurang, ternyata berkaitan dengan leukemia. Atau mata menonjol keluar ternyata ada massa tumor yang mendesak bola mata,” katanya.
Pengobatan retinoblastoma
Saat ini pengobatan utama retinoblastoma adalah menggunakan radioterapi atau terapi radiasi.
Menurut Prof.Soeharti Gondowiardjo, Sp.Rad(K), Onk.Rad, terapi radiasi memang dapat memberikan efek lanjut pasca-radiasi, misalnya gangguan pertumbuhan.
Namun, radioterapi harus dilakukan untuk retinoblastoma karena belum ada terapi penggantinya.
“Pemberian radioterapi tetap mempertimbangkan antara manfaat dan efek sampingnya. Tentunya terapi yang diberikan pada anak diberikan secara terukur,” katanya.
https://health.kompas.com/read/2022/08/30/200612668/kelainan-mata-pada-balita-yang-bisa-jadi-gejala-kanker