Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat ARV Sebaiknya Tetap Digratiskan

Kompas.com - 17/10/2008, 16:46 WIB

JAKARTA, JUMAT - Saat ini berkembang isu pemerintah akan menghentikan subsidi obat Antiretroviral (ARV) karena anggaran yang terbatas dan berbagai alasan lain. Padahal ada ratusan ribu nyawa sedang menunggu digulirkannya sebuah kebijakan yang terkait dengan pengobatan AIDS ini.

"Informasi yang didapat oleh masyarakat cenderung kurang jelas, sehingga seringkali menimbulkan salah pengertian hingga kepanikan. Saya juga cenderung agar obat ARV ini digratiskan saja," kata Kasubdit AIDS dan Penyakit Menular Seksual Departemen Kesehatan, Sigit Priohutomo pada seminar Mencari Solusi Pengadaan dan Distribusi ARV di Indonesia di Ruang Kuliah Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta, Jumat (17/10).  

Prof Zubairi Djoerban dari Kelompok Studi Khusus FKUI/RSCM memaparkan estimas i UNAIDS tentang jumlah orang yang terinfeksi HIV di Indonesia pada bulan Agustus 2008 yaitu sekitar 270.000 orang. Meningkat 80.000 dari estimasi tahun 2006, yaitu sekitar 190.000.   

Sementara itu, India menempati urutan teratas di dunia jumlah orang yang terinfeksi HIV, yakni 2,7 juta orang, China 700.000 orang, Thailand 610.000 orang, Vietnam 290.000, dan disusul Indonesia 270.000.

13.000 orang

Dengan jumlah estimasi orang dengan HIV yang termasuk besar yakni 270.000 orang, namun mereka yang mendapatkan layanan pengobatan ARV gratis baru 13.000 orang.  

'Di saat pengobatan ARV belum bisa dirasakan oleh semua orang yang mengidap HIV, kini tersiar kabar pemerintah akan menghentikan subsidi ARV. Kalau pasien harus membayar penuh ARV tentu sangat berat buat mereka,' kata Zubairi Djoerban. Selama ini ARV diberikan secara gratis.   

Obat ARV ini sangat diperlukan oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Manfaat ARV dicapai melalui pulihnya sistem kekebalan akibat HIV dan pulihnya kerentanan odha terhadap infeksi oportunistik.

"Perjalanan penyakit infeksi HIV amat dipengaruhi ARV, kondisi kesehatan ODHA menjadi jauh lebih baik. Berbagai jenis penyakit infeksi yang menyerang tubuh ODHA yang sebelumnya sukar diobati, menjadi lebih mudah ditangani. Demikian pula kanker Kaposi bisa spontan membaik tanpa pengobatan khusus," papar Zubairi Djoerban.   

Penyakit radang paru (pneumonia) biasanya mengharuskan odha minum antibiotika kotrimoksasol agar tidak kambuh, namun sekarang dengan minum obat ARV secara teratur, banyak ODHA yang tidak memerlukan obat profilaksis terhadap pneumonia.

"Pemantauan jumlah sel CD4 di dalam darah merupakan indikator yang dapat dipercaya untuk memantau beratnya kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV dan memudahkan dokter untuk mengambil keputusan me mberikan pengobatan ARV," kata Zubairi Djoerban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com