Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kacang Yunani" Antikanker dan Sehatkan Jantung

Kompas.com - 15/11/2008, 08:50 WIB

Di balik kelezatan dan aroma sedap almond, terdapat zat-zat gizi yang menyehatkan. Asam lemak tak jenuh yang dikandungnya, mengurangi risiko gangguan jantung, hipertensi, dan stroke. Seratnya dapat mencegah kanker usus besar. Bahan makanan ini kaya protein, vitamin, dan mineral yang sangat berguna bagi kesehatan.  

Masyarakat dewasa ini sangat banyak yang menghindari konsumsi lemak karena berkonotasi dengan timbulnya obesitas dan berbagai penyakit degeneratif. Ketakutan yang berlebihan terhadap lemak, mengakibatkan sebagian masyarakat bersikap fobia terhadap zat gizi tersebut. Bagaimanapun, lemak tetap dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi dan pelarut berbagai vitamin (A, D, E, dan K).

Pengetahuan masyarakat tentang lemak harus ditingkatkan agar kita bisa membedakan antara lemak nabati dan lemak hewani. Tidak seperti lemak hewani, lemak nabati sedikit kadar lemak jenuh, tetapi tinggi lemak tidak jenuh yang justru baik bagi kesehatan. Contoh bahan pangan sumber lemak nabati adalah nut dan kacang-kacangan.

Jenis nut yang populer saat ini adalah almond. Hingga saat ini, masyarakat awam sering menyebut almond sebagai kacang. Sesungguhnya almond bukanlah kacang (leguminosa), tetapi merupakan biji pohon almond, sehingga lebih dikenal dengan istilah tree nut.

Pohon almond masih satu famili dengan pohon peach, ceri, dan aprikot. Termasuk ke dalam kelompok nut tersebut adalah almond, hazelnut, macadamia, pecan, dan walnut. Sementara peanut (kacang tanah) tergolong kelompok kacang.

Dalam sejarahnya, kepopuleran almond tidak hanya bertumpu pada kelezatan cita rasa dan flavornya yang unik, tetapi juga didukung oleh bukti-bukti ilmiah tentang manfaatnya bagi kesehatan masyarakat.     

Dua Jenis
Almond diduga berasal dari Asia Barat dan Afrika Utara. Orang Romawi menyebut almond sebagai ”kacang yunani” karena orang Yunani yang pertama kali menanamnya. Kini, tanaman almond banyak tumbuh di sekitar Laut Mediterania, termasuk Spanyol, Italia, Portugal, dan Maroko. Di Amerika Serikat, almond banyak tumbuh di daerah California.  

Secara umum, almond dibedakan atas dua kategori, yaitu almond manis (Prunus amygdalu var. dulcis) dan almond pahit (Prunus amygdalu var. amara). Almond manis lebih banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, sedangkan almond pahit merupakan bahan baku pembuatan minyak dan aroma almond.  

Di pasaran, almond dijual dalam dua bentuk utama, yaitu mentah dan sudah dipanggang. Almond yang baik adalah yang bijinya masih utuh, beraroma kacang, dan berasa manis. Almond yang tengik dan berbau menunjukkan kualitas yang rendah.  

Pembuangan kulit almond dapat dilakukan dengan cara merendam biji dalam air beberapa menit saja. Pemotongan atau penghancuran almond dapat dilakukan dengan menggunakan blender kering. Pemanggangan almond di tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan oven microwave pada suhu sekitar 71 – 77oC selama 15-20 menit. Sebaiknya tidak menggunakan panas yang tinggi agar tidak merusak komponen lemak yang justru dibutuhkan untuk kesehatan.         

Dewasa ini almond banyak ditambahkan ke dalam berbagai produk pangan dengan tujuan untuk: (1) meningkatkan cita rasa, tekstur, dan daya tarik, serta (2) memperbaiki komposisi gizi, sehingga lebih menyehatkan.  

Produk yang biasa ditambah almond adalah: hot and cold cereals, aneka snack, yoghurt beku, muffins, salad, pancake, roti, es krim, cokelat manis, serta berbagai jenis minuman.

MUFA
Almond sangat sedikit mengandung asam lemak jenuh, tetapi sebaliknya kaya akan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fat), khususnya asam lemak tidak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid = MUFA), serta didukung oleh vitamin, mineral, dan serat pangan yang memadai. Komposisi lemak yang demikian sangat baik bagi penurunan kadar kolesterol yang secara langsung akan mencegah aterosklerosis dan semua dampak buruknya, seperti penyakit jantung, hipertensi, dan stroke.

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa MUFA yang merupakan asam lemak dominan pada almond dapat menurunkan  kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat), tetapi tidak mengubah posisi HDL (kolesterol baik) walaupun konsumsi lemak dari makanan cukup tinggi. Dengan demikian, rasio HDL terhadap LDL tetap tinggi, sehingga menurunkan risiko terkena penyakit jantung.

Konsumsi almond dalam jumlah wajar ternyata tidak berdampak kepada kenaikan berat badan, sehingga baik untuk dikonsumsi oleh semua orang, termasuk yang overweight dan obesitas. Suatu hasil penelitian yang dimuat pada International Journal of Obesity and Related Metabolic Disorder edisi November 2003, menunjukkan bahwa diet yang diperkaya almond lebih dapat membantu orang obesitas untuk mengurangi berat badan, ketimbang diet rendah kalori dan tinggi karbohidrat kompleks.  

Konsumsi satu takaran saji almond (20-25 biji) akan menghasilkan 15 gram lemak, lebih dari 90 persen merupakan asam lemak tidak jenuh. Dari total asam lemak tidak jenuh yang terkandung pada almond, 70 persen di antaranya adalah MUFA.

The American Heart Association merekomendasikan agar sumbangan energi yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30 persen, dengan rincian 10 persen berasal dari lemak jenuh, 10 persen lemak tidak jenuh tunggal (MUFA), dan 10 persen lemak tidak jenuh ganda (PUFA). Penelitian Dr. Paul Davis dari the University of California-Davis, menunjukkan bahwa kandungan MUFA pada biji almond sangat potensial untuk mengurangi risiko terjadinya kanker kolon.

Penelitian Jenkins dkk. (2002) menunjukkan bahwa pria dan wanita yang mengonsumsi 1 ounce atau 28,35 gram almond (sekitar satu genggam yang setara dengan 23 biji) setiap hari selama satu bulan, mampu menurunkan kadar LDL sebanyak 4 persen dari kondisi sebelumnya. Penurunan sebanyak 9,4 persen akan terjadi jika konsumsinya ditingkatkan menjadi dua genggam per hari. Uniknya, konsumsi almond sebanyak itu setiap hari ternyata mampu mempertahankan berat badan para sukarelawan.    

Sabate dkk. (2003) pernah melakukan penelitian pada manusia dengan menggunakan tiga level penambahan almond ke dalam dietnya, yaitu 0 persen, 10 persen, dan 20 persen dari total konsumsi energi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dibandingkan diet rendah almond, penambahan almond hingga level 20 persen total energi, secara nyata mampu menurunkan kadar kolesterol total, kadar LDL, serta rasio LDL terhadap HDL. Dibandingkan kondisi sebelumnya, diet tinggi almond mengakibatkan penurunan kolesterol total dan LDL masing-masing sebesar 7 dan 9 persen.

Hasil meta-analisis dari tujuh studi klinis tentang pengaruh konsumsi almond terhadap kolesterol total, kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida menunjukkan bahwa konsumsi satu ounce almond sehari sebagai pola makan sehat mampu menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL masing-masing sebesar 4 dan 5 persen, sehingga menurunkan risiko penyakit jantung (Fulgoni, 2002). @

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau