KOMPAS.com - Penyakit dengue masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia. Penderita penyakit ini bukan cuma anak-anak tapi juga orang di usia produktif sehingga berdampak pada produktivitas. Di sisi lain, penyakit ini juga mengancam nyawa.
Menanggapi bahaya tersebut, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), PT.Bio Farma, PT.Takeda Innovative Medicine, didukung Kementrian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Okupasi Indonesia (PERDOKI) meluncurkan gerakan "Sinergi Aksi Perusahaan (SIAP) Lawan Dengue".
Gerakan ini dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi antara sektor publik dan swasta guna melindungi karyawan dan keluarga mereka dari risiko dengue. Dengan mengedepankan pencegahan yang komprehensif, termasuk 3M Plus dan vaksinasi, SIAP Lawan Dengue bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif bagi perusahaan di Indonesia.
Ketua Umum PERDOKI, dr.Astrid B Sulistomo SpOK, Subsp.BioKo(K), mengatakan Kasus dengue banyak terjadi pada kelompok usia produktif, antara 15 hingga 44 tahun, yaitu kelompok yang tidak hanya tengah aktif bekerja tetapi juga menjadi pilar bagi keluarga dan komunitas mereka.
Baca juga: Virus DBD Masih Mengancam, Kasus Terus Meningkat di Indonesia
"Bagi mereka yang terinfeksi, dengue sering kali membawa beban fisik dan emosional,
berdampak pada kualitas hidup pasien dan keluarga yang mendampingi. Apalagi, seseorang dapat terjangkit dengue lebih dari satu kali," katanya dalam acara peluncuran SIAP Lawan Dengue di Jakarta (21/11/2024).
Ia mengatakan, banyak pekerjaan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi dengue misalnya para pekerja di daerah endemik atau bepergian ke daerah endemik, pekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan pekerja di lokasi konstruksi.
Akibat terinfeksi virus dengue, karyawan butuh waktu absen hingga satu minggu. Kisaran biaya medis yang diklaim untuk perawatan dengue per pasien mulai dari Rp10 juta sampai Rp50 juta. Biaya ini tergantung dari tipe kelas rawat pasien dan tingkat keparahan pasien.
"Oleh karena itu, perlindungan yang menyeluruh melalui pencegahan yang komprehensif memegang peran yang krusial, salah satunya melalui vaksinasi dengue yang telah direkomendasikan oleh asosiasi medis," ujar dr Astrid.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr.Ina Agustina Isturini, menyebutkan peluncuran SIAP Lawan Dengue sangat menarik dan kontekstual dengan situasi dengue yang menjadi masalah kesehatan dan beban penyakit cukup tinggi di Indonesia.
"Beberapa tantangan yang kita hadapi dalam penanggulangan dengue, antara lain: masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala dini dengue sehingga sering kali menyebabkan keterlambatan penanganan pasien ke pelayanan masyarakat," katanya.
Baca juga: Pernah Sakit DBD Bukan Berarti Bisa Kebal Virus Dengue
Wakil Ketua KADIN Bidang Kesehatan Komite Penyakit Menular, dr Michael Rampangilei menegaskan DBD membuat produktifitas perusahaan menurun.
"KADIN berkomitmen untuk memastikan bahwa pencegahan penyakit seperti dengue menjadi prioritas di tempat kerja," katanya.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, mengapresiasi gerakan ini dan mengajak banyak pihak bersama-sama mengintensifkan upaya pencegahan DBD untuk menuju target nol kematian akibat dengue di tahun 2030.
"Perusahaan-perusahaan dapat memainkan peran yang sangat penting dalam memerangi dengue melalui edukasi kepada para pekerjanya, menerapkan 3M Plus di tempat kerja, serta memfasilitasi program vaksinasi bagi karyawan dan keluarga mereka," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.