Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nimotuzumab, Obat Kanker Tanpa Skin Rash

Kompas.com - 25/11/2008, 22:01 WIB

SETELAH mendapat izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), obat Nimotuzumab akhirnya dapat beredar. Selain di Indonesia, 13 negara lain di ASEAN (kecuali Vietnam) obat ini bisa diperoleh.

Nimotuzumab merupakan obat kanker yang masuk golongan “terapi target”. Berbeda dengan obat kanker konvensional yang dikenal sebagai kemoterapi, ”terapi target” bekerja sangat selektif dengan menjadikan zat zat spesifik dalam tubuh yang berperan dalam proses pertumbuhan kanker sebagai ”target” pengobatan.

Dengan demikian, efek samping yang muncul dari pemberian obat “terapi target” jauh lebih ringan dibandingkan obat kanker konvensional. Pasien, misalnya, pada umumnya tidak akan mengalami rambut rontok, muntah atau penurunan kadar sel darah putih sebagaimana yang lazim ditemukan pada kemoterapi konvensional.

Yang menjadi ”target” Nimotuzumab, suatu  antibodi monoklonal, adalah reseptor epidermal growth factor (EGFR = Epidermal Growth Factor Receptor). Adanya  reseptor epidermal growth factor ini  pada jaringan tubuh pasien kanker dalam jumlah berlebih menjadi pertanda bahwa penyakit kanker pasien menjadi lebih cepat memburuk, pemberian obat obat kemoterapi dan radioterapi sering menjadi tidak efektif sehingga usia harapan hidup pasien menjadi lebih pendek. Ditemukannya terapi target terhadap EGFR ini membuka peluang lebih berhasilnya terapi kanker disertai peningkatan harapan dan kualitas hidup pasien.

Dari berbagai penelitian diketahui bahwa EGFR ini banyak dijumpai pada penderita kanker kepala dan leher, kanker usus, kanker paru, glioma (salah satu jenis kanker otak), kanker esophagus, kanker pancreas, kanker prostat, kanker leher rahim, kanker payudara dan beberapa jenis kanker padat yang lain. Oleh karena itu, Nimotuzumab berpotensi mengobati kanker-kanker ini.
 
Berbagai uji klinik yang melibatkan ribuan pasien dari beragam ras di banyak negara  (Eropa, USA, Jepang, Asia, Kuba) telah dan terus dilakukan untuk meneliti lebih jauh khasiat dan keamanan Nimotuzumab dalam berbagai jenis kanker seperti kanker kepala dan leher, kanker otak, kanker paru, kanker usus, kanker pankreas, kanker lambung, kanker prostat, payudara dan kanker esophagus.

Ninotuzumab bukan satu satunya terapi target yang bekerja terhadap EGFR, tetapi yang membedakannya dengan obat-obat serupa pendahulunya adalah aspek keamanannya. Pada terapi dengan menggunakan obat obat anti-EGFR yang telah beredar sebelumnya, ditemukan adanya  ciri khas munculnya efek samping semacam jerawat atau bisul dalam berbagai tingkat keparahan (bisa mencapai grade 3 dan 4) dipermukaan tubuh yang dikenal dengan “skin rash”.

Efek samping “skin rash” memang tidak mengancam jiwa, tetapi jika tingkatannya sudah masuk grade 2 atau medium, efek samping ini dirasakan sangat mengganggu kenyamanan dan penampilan pasien. Banyak pasien yang harus rela berkorban menerima efek ’skin rash” ini, karena dikatakan ada penelitian yang menunjukkan bahwa khasiat obat anti-EGFR tersebut sebanding dengan munculnya “skin rash”; artinya semakin berat “skin rash”nya, maka khasiat obat tersebut akan semakin baik.

Hal ini ternyata tidak berlaku bagi Nimotuzumab. Pasien yang mendapatkan manfaat dari pemberian Nimotuzumab dengan mendapatkan respon klinis, sebagian besar tidak mengalami efek samping “skin rash”, apalagi dalam tingkatan yang berat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com