Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebenarnya Saya Enggak Mau Golput...

Kompas.com - 09/04/2009, 11:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gurat kecewa terpancar dari wajah Sari dan suaminya, Jarot. Warga Kemang Selatan, Jakarta Selatan, itu tak diperbolehkan untuk mencontreng. Alasannya, nama mereka tak masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT).

Sebelumnya, Sari dan Jarot sudah menjumpai petugas KPPS dan menanyakan apakah boleh menggunakan KTP. Ternyata, permintaan keduanya ditolak. Tak puas, mereka pun meminta petugas KPPS turut memeriksa nama keduanya dalam jajaran ratusan nama yang terdapat di DPT pada TPS 045 Kemang.

Ternyata, nama keduanya memang tak ada. "Padahal saya enggak mau golput. Tapi kalau enggak terdaftar dan enggak boleh milih, mau gimana?" kata Sari, yang ditemui di TPS 045, Kamis (9/4).

Sebagai warga yang sudah 30-an tahun lebih tinggal di Kemang, Sari menyatakan kekecewaannya. Demikian pula suaminya, Jarot. Sebab, pada tahun 2004, keduanya juga tak terdaftar sebagai pemilih. "Tapi tahun 2004 lalu masih bisa pakai KTP. Saya pikir, sekarang juga bisa," ujar Jarot.

KPU kemarin sudah menyatakan bahwa bagi warga yang tidak terdaftar dalam DPT tidak diperkenankan untuk memilih, meskipun dengan menunjukkan KTP. "Ya sudahlah mau apalagi, enggak bisa nyontreng, ya menikmati libur aja," ujar Sari sambil tertawa.

Ke depannya, Sari dan Jarot akan berperan aktif untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih pada pemilihan presiden Juli mendatang. "Kemarin-kemarin saya enggak sempat ngecek. Lagian, prosedurnya juga kayanya ribet dan enggak jelas," kata Jarot.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga terdaftar sebagai pemilih di TPS 045 Kemang menyatakan keprihatinannya. Menurut dia, sekitar 40 persen warga di kawasan itu tidak terdaftar. "Saya prihatin sekali, saya dengar di sini 40 persen enggak bisa memilih. Kalau ada rekayasa-rekayasa tertentu, sangat menyedihkan," ujar Prabowo.

Sebelumnya, keluhan-keluhan yang sama juga dilontarkan warga lainnya yang menyatakan kekecewaan karena tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Kalau begini, siapa yang bisa disalahkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com