Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100.000 Bayi Meninggal akibat Diare

Kompas.com - 28/04/2009, 15:33 WIB

SOLO, KOMPAS.com — Sebanyak 100.000 bayi meninggal setiap tahun karena diare, penyakit yang mematikan nomor dua setelah infeksi saluran napas akut.

"Penyebab utama tingginya angka kematian bayi karena buruknya pengelolaan sanitasi dan akses air bersih," kata Kepala Subdirektorat Air Minum dan Air Limbah Direktorat Pemukiman dan Perumahan Bappenas Nugroho Tri Utomo dalam City Summit Sanitasi V di Solo, Selasa (28/4).

Rendahnya akses pada sanitasi berdampak pada naiknya angka kesakitan, rendahnya produktivitas, dan biaya tambahan berobat, ironisnya justru lebih sering menimpa masyarakat miskin.

Kesadaran pembangunan sanitasi di perkotaan di Indonesia pada umumnya masih rendah, ini bisa dilihat dari anggaran di APBD pemerintah kabupaten/kota. "Anggaran pembangunan sanitasi saat ini yang ada di APBD pemerintah kabupaten/kota rata-rata baru satu persen, dan ini jelas sangat kecil, padahal manfaat sanitasi ini sangat luar biasa bagi kita semua," katanya.

Untuk pembangunan sanitasi ini di Indonesia diperlukan dana sekitar Rp 21,8 triliun setiap tahunnya. Sekarang baru ada 35 kota yang anggaran dari APBD untuk sanitasi lebih satu persen, padahal yang perlu penanganan ada 265 kabupaten/kota.

Buruknya sanitasi ini mengakibatkan 50 persen sungai yang melintasi perkotaan di Indonesia airnya tidak layak dijadikan bahan baku air minum karena banyaknya limbah.

Menyinggung pencemaran sungai, hampir 70 persen pencemaran sungai di Indonesia akibat limbah domestik. "Untuk itu pentingnya sanitasi ini harus terus digalakkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com