KOMPAS.com - Suatu penelitian telah menemukan hubungan menarik antara asam lemak omega-6 yang ditemukan dalam telur, unggas, dan makanan laut dengan penurunan risiko gangguan bipolar.
Gangguan bipolar adalah suatu kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis, mulai dari emosi yang sangat tinggi (mania atau hipomania) hingga emosi yang paling rendah (depresi).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyakit bipolar sangat dipengaruhi oleh genetika, tetapi penyebab pastinya belum diketahui.
Baca juga: 14 Manfaat Omega 3 untuk Kesehatan
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Biological Psychiatry yang dilansir dari Medical Daily pada Rabu (1/5/2024), kadar asam arakidonat lipid yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko gangguan bipolar yang lebih rendah.
Studi tersebut menunjukkan bahwa gangguan bipolar dan kondisi kejiwaan lainnya berhubungan dengan perubahan tingkat metabolit. Hal ini menyoroti jalur potensial yang berkontribusi terhadap kondisi ini.
Studi baru ini juga menunjukkan kemungkinan penggunaan intervensi pola makan untuk mencegah atau memperlambat perkembangan gangguan kejiwaan.
“Kumpulan bukti menunjukkan peran metabolit dalam gangguan bipolar dan gangguan kejiwaan lainnya," kata peneliti utama studi David Stacey dalam siaran persnya.
Baca juga: Jenis Ikan yang Termasuk Makanan Mengandung Omega 3 Tinggi, Selain Salmon
"Dengan mengidentifikasi metabolit yang memainkan peran penyebab dalam gangguan bipolar, kami berharap dapat menyoroti potensi intervensi gaya hidup atau pola makan,” lanjut Stacey.
Para peneliti mengidentifikasi 33 dari 913 metabolit yang ada dalam darah yang berhubungan dengan gangguan bipolar, sebagian besar adalah lipid.
Mereka juga menemukan sekelompok gen yang dikenal sebagai cluster gen FADS1/2/3 dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan bipolar.
Mereka menemukan bahwa gen-gen ini memengaruhi hubungan antara gangguan bipolar dan kadar asam arakidonat serta metabolit lain dalam tubuh.
Asam arakidonat biasanya merupakan asam lemak omega-6 yang banyak terdapat di tubuh dan otak yang berkontribusi terhadap kesehatan membran sel.
"Penelitian ini memberikan langkah maju yang menarik dalam upaya mengembangkan biomarker darah dari risiko gangguan bipolar, khususnya pada pasien tersebut dengan gangguan bipolar dan variasi gen risiko pada kelompok gen FADS1/2/3,” ujar Dr. John Krystal, Editor Biological Psychiatry.
Baca juga: 3 Jenis Ikan yang Kaya Omega 3 Namun Rendah Kandungan Merkuri
Produk daging dan makanan laut merupakan sumber makanan asam arakidonat yang baik. Ini juga dapat disintesis dari sumber asam linoleat makanan, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak.
Para peneliti menyatakan bahwa penelitian mereka merupakan terobosan karena menjadi penelitian pertama yang menunjukkan kemungkinan hubungan sebab akibat antara asam arakidonat dan gangguan bipolar.
Namun, mereka merekomendasikan bahwa studi praklinis tambahan dan uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk memahami potensi manfaat pencegahan atau terapeutik dari suplemen asam arakidonat, terutama bagi orang-orang dengan sintesis asam arakidonat alami yang lebih rendah dan asupan terbatas dari sumber makanan.
“Temuan kami juga mendukung kemungkinan intervensi kesehatan presisi yang berfokus pada nutrisi awal kehidupan untuk memastikan bahwa bayi dan anak-anak menerima cukup asam arakidonat dan asam lemak tak jenuh ganda lainnya untuk mendukung perkembangan otak optimal, yang juga dapat mengurangi risiko gangguan bipolar,” Dr. Krystal.
Baca juga: Berapa Banyak Omega-3 yang Kita Butuhkan Setiap Hari?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.