SOLO, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari mengatakan, Indonesia harus mandiri dalam penyediaan obat.
"Era pasar bebas menjadi ancaman bagi kalangan industri farmasi di Indonesia. Masuknya pelaku industri farmasi dari negara lain ke Indonesia menjadi penghambat upaya Indonesia menuju kemandirian penyediaan obat," katanya di Solo, Jumat.
Hal tersebut, lanjutnya, menjadi tantangan bagi kalangan industri tersebut untuk mempertahankan kepercayaan konsumen lokal.
Indonesia yang merupakan pasar potensial bagi industri farmasi karena jumlah penduduknya yang besar, menurut dia, telah menjadi sasaran industri farmasi dari negara-negara lain.
"Hal tersebut menunjukkan tingkat persaingan di bidang tersebut semakin tinggi. Untuk menjaga kepercayaan konsumen domestik, industri farmasi harus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas obat-obatan yang diproduksi," katanya.
Dia mengatakan, berbagai cara dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan alih teknologi.
"Kemajuan teknologi diyakini dapat menciptakan bisnis yang lebih efisien melalui reduksi biaya produksi tanpa kualitas produk yang dihasilkan," katanya.
Selain itu, upaya tersebut juga harus disertai dengan usaha menciptakan keterjangkauan masyarakat pada obat-obatan yang diproduksi tersebut, terutama bagi kalangan masyarakat kurang mampu.
"Adanya persaingan yang semakin tinggi di tingkat global, juga menjadi peluang bagi kalangan industri farmasi di Indonesia untuk memperluas pasar ke negara lain," katanya.
Dengan kualitas yang baik pada hasil produksi obat-obatan dan harga yang terjangkau, lanjutnya, penyediaan obat-obatan untuk kebutuhan nasional dan perluasan pasar ke negara-negara lain sangat mungkin tercapai.
Mengenai upaya yang dilakukan pemerintah dalam menuju Indonesia yang mandiri dalam penyediaan obat-obatan, dia mengatakan, pemerintah telah melaksanakan program subsidi bahan baku obat.
"Selain itu, pemerintah juga berusaha menciptakan harga obat generik tetap stabil," kata Siti Fadilah Supari.