GENEVA, KOMPAS.com
Penasihat khusus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Pandemi Influenza, Keiji Fukuda, mengatakan, yang ingin diketahui adalah sejauh mana mutasi-mutasi tersebut menunjukkan adanya perubahan fundamental sedang terjadi pada virus sehingga penyakit menjadi lebih berbahaya dan lebih mudah menginfeksi.
”Kami belum dapat memastikan sejauh mana mutasi-mutasi virus itu terjadi,” kata Keiji Fukuda.
Namun, dia mengatakan, mutasi virus influenza merupakan hal yang umum. WHO berusaha mengidentifikasi, apakah mutasi-mutasi yang dilaporkan itu mengalami jenis perubahan yang mengarah kepada perubahan klinis dan menyebabkan penyakit bertambah parah atau sebaliknya, menjadi semakin ringan.
WHO juga berusaha mencari tahu sejauh mana virus berkembang sehingga mengubah peta epidemologi. Saat ini virus H1N1 yang bermutasi ditemukan pada pasien dengan kondisi berat dan ringan. Masih diselidiki seberapa banyak mutasi ditemukan pada pasien dengan kondisi berat.
Di China ditemukan delapan kasus mutasi virus. Direktur Pusat Influenza Nasional China Shu Yuelong menyatakan, sejauh ini virus yang bermutasi tersebut tidak resisten terhadap obat dan masih dapat dicegah dengan vaksin.
Di Amerika Serikat, para dokter melihat pola yang mengkhawatirkan terjadinya infeksi bakteri serius pada pasien influenza A-H1N1, yang kebanyakan terjadi pada para pemuda. Anne Schuchat dari Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, mengatakan, pola tersebut biasa terjadi pada pandemi seperti A-H1N1, tetapi kali ini cukup berat sehingga membutuhkan perhatian besar dokter dan harus segera ditangani.
Di Norwegia, terdapat dua kematian dan satu kasus berat akibat varian virus H1N1. Mutasi tersebut dikhawatirkan menyebabkan penyakit menjadi lebih berat karena menginfeksi jaringan lebih dalam dari biasanya.
Selain itu, WHO juga tengah memetakan kasus resistensi tamiflu yang terjadi di Inggris dan Amerika Serikat.