KOMPAS.com - Semakin banyak orang, baik muda maupun dewasa, di era modern sekarang ini menjalani hidup dengan gaya sedentari (sedentary lifestyle).
Ini adalah gaya hidup yang membuat tubuh tidak banyak melakukan aktivitas fisik, bahkan dalam intensitas ringan, seperti berjalan kaki dan naik-turun tangga.
Perkembangan teknologi dan perubahan yang tercipta pascapandemi Covid-19 mungkin adalah beberapa faktor pendorong gaya hidup ini.
Baca juga: 7 Penyebab Anak Obesitas, Gaya Hidup Jadi Faktor Utama
Jika didefinisikan, gaya hidup sedentari adalah gaya hidup ketika seseorang menghabiskan enam jam atau lebih setiap harinya untuk duduk atau berbaring saja, seperti yang dikutip dari Health Partners.
Banyak waktu yang digunakan tanpa banyak melakukan gerakan fisik yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, itulah gaya hidup sedentari.
Gaya hidup ini terlihat santai, sehingga orang yang menjalaninya sering dijuluki "mageran".
Baca juga: 5 Cara Mencegah Kolesterol Tinggi dengan Ubah Gaya Hidup
Namun, sebenarnya gaya hidup ini bisa sangat menjemukan dan membebani mental seseorang, sehingga membuat mood bisa naik-turun, tidak stabil. Masih banyak lagi dampak gaya hidup sedentari yang harus diperhatikan.
Gaya hidup malas ini jelas bukan tanpa risiko. Dikutip dari Mens Health, tidak banyak bergerak dapat berdampak buruk pada tubuh Anda, dan ini bisa lebih berbahaya dari yang Anda kira.
Menambah penelitian sebelumnya, penulis studi di American Journal of Clinical Nutrition terhadap lebih dari 300.000 orang melihat bahwa tidak banyak bergerak adalah bahaya kesehatan yang besar.
Baca terus artikel ini untuk tahu lebih lanjut risiko-risiko kesehatan dari gaya hidup sedentari.
Baca juga: 9 Penyebab Hb Tinggi, Bisa Gaya Hidup dan Masalah Kesehatan
Disari dari Health Partners dan Mens Health, berikut macam dampak buruk gaya hidup malas ini:
Penelitian terus menunjukkan bahwa duduk dalam waktu lama dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental kamu.
Penelitian pada 2022 menunjukkan bahwa waktu duduk sangat terkait dengan dampak buruk terhadap kesehatan mental selama lockdown akibat Covid-19.
Apalagi, jenis perilaku menetap lainnya, seperti menonton TV atau bermain game elektronik, dapat meningkatkan risiko anxiety, menurut meta-analisis dari sembilan penelitian yang diterbitkan di BMC Public Health.
Itu karena orang yang terlalu lama screentime dapat membuat sistem saraf pusat kamu gusar dan mengundang kecemasan. Screentime juga dapat mengganggu tidur, sehingga menimbulkan kecemasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan kardio dapat meningkatkan mood Anda sama efektifnya dengan antidepresan yang diresepkan.
Makalah ulasan 2021 menemukan bahwa gaya hidup sedentari secara signifikan meningkatkan risiko beberapa jenis kanker.
Diperkirakan 30 hingga 40 persen kanker dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup termasuk peningkatan aktivitas fisik.
Gaya hidup ini telah dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan penelitian besar secara konsisten menunjukkan bahwa kadar lemak tubuh yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko kanker.