KOMPAS.com - Studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa bekerja shift malam selama tiga hari berturut-turut dapat mengganggu ritme protein, sehingga meningkatkan risiko diabetes.
Melansir Medical Daily pada Jumat (10/5/2024), para peneliti studi terbaru dari Washington State University dan Pacific Northwest National Laboratory mengulik bagaimana pekerja shift malam lebih rentan terhadap gangguan metabolisme, seperti obesitas dan diabetes.
Baca juga: Awas, Anak Doyan Begadang Rentan Obesitas
Menurut hasil studi yang diterbitkan dalam Journal of Proteome Research, hanya dalam beberapa hari jadwal shift malam dilakukan, sudah dapat mengganggu ritme protein yang berkaitan dengan regulasi glukosa darah, metabolisme energi, dan peradangan.
Itu semua proses yang dapat memengaruhi perkembangan kondisi metabolisme kronis.
Penelitian dilakukan dengan paara peneliti merekrut sukarelawan yang menjalani simulasi jadwal shift malam atau siang selama tiga hari.
Baca juga: Efek Buruk Begadang bisa Sebabkan Jerawat Bermunculan, Kok Bisa?
Para peserta kemudian diminta untuk tetap terjaga selama 24 jam setelah giliran kerja terakhir mereka.
Mereka ditempatkan di bawah pencahayaan, suhu, postur, dan asupan makanan yang telah diatur secara konstan.
Itu menjadi tes untuk mrngukur ritme biologis internal mereka tanpa pengaruh luar.
Ketika para peserta tetap terjaga, sampel darah diambil untuk mengidentifikasi protein dalam sel sistem imun tubuh mereka.
Baca juga: Begadang Bisa Menurunkan Berat Badan Hanya Mitos, Kenapa Begitu?
Beberapa protein tersebut terkait erat dengan jam biologis utama, yang menjaga tubuh pada ritme 24 jam. Hasilnya, tidak banyak perubahan pada protein ini.
Namun, pada sebagian besar jenis protein lain, seperti yang terlibat dalam regulasi glukosa, terdapat perubahan ritme yang substansial di antara peserta shift malam dibandingkan dengan peserta shift siang.
Para peneliti mencatat bahwa terdapat ritme glukosa yang hampir sepenuhnya berkebalikan pada peserta shift malam.
Peserta yang bekerja shift malam juga tidak memiliki sinkronisasi dalam proses produksi dan sensitivitas insulin.
Proses-proses ini biasanya harus bekerja sama untuk menjaga kadar glukosa dalam kisaran yang sehat.
Baca juga: 7 Efek Buruk Begadang Bagi Kesehatan
Hal ini disebabkan oleh regulasi insulin yang mencoba membatalkan perubahan glukosa yang dipicu oleh jadwal kerja shift malam.
Para peneliti mengungkapkan bahwa regulasi insulin tersebut mungkin merupakan respons yang sehat untuk sesaat, tetapi menimbulkan masalah dalam jangka panjang.
“Ada proses yang terkait dengan jam biologis utama di otak kita yang mengatakan bahwa siang adalah siang dan malam adalah malam," kata penulis studi senior Hans Van Dongen dari WSU Elson S. Floyd College of Medicine dalam rilis beritanya.
Namun, ketika ada proses berbeda yang mengikuti ritme dari bagian tubuh yang lain, bisa saja menjadikan malam adalah siang dan siang adalah malam.
"Ketika ritme internal tidak teratur, Anda mengalami stres berkepanjangan dalam sistem tubuh Anda yang kami yakini memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang," ungkap Van Dongen.
Baca juga: Kerja Shift Malam Berisiko Shift Work Sleep Disorder, Ini Solusinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.