Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamu dari Luar Negeri Belum Tentu Manjur

Kompas.com - 12/02/2010, 16:14 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Masyarakat harus dapat turut mencegah membanjirnya perdagangan jamu tradisional asal mancanegara yang khasiatnya belum tentu lebih manjur dari yang ada di Nusantara.

"Kita harus yakin jamu tradisional buatan sendiri lebih manjur dari pada yang dipasok dari luar negeri. Itu salah satu cara mencegahnya," kata Dekan Fakultas Kesehatan Ayur Weda Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Prof Dr Nala di Denpasar, Jumat.

Hal itu disampaikan pada acara pengobatan alternatif di RRI Denpasar yang dihadiri pengurus PWI Cabang Bali, KPI, KPU, Forperri (Forum Pendengar RRI) dan masyarakat umum setempat.

Prof Dr Nala mengkhawatirkan di era perdagangan bebas ini akan membanjir jamu-jamu tradisional luar negeri yang khasiatnya belum tentu lebih baik dari buatan Indonesia.

Jamu tradisional yang dibuat dari bahan baku buah-buahan, akar-akaran, dedaunan yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Nusantara, bisa diproduksi tanpa menggunakan zat kimia, termasuk bahan pengawet.

Fakultas Kesehatan Ayur Weda memperkenalkan cara pengobatan yang memadukan sistem kesehatan, yakni pemeriksaan pasien dilakukan dengan cara modern, sedangkan penyembuahannya menggunakan obat-obatan tradisioanal.

Pasien yang sudah diketahui diagnosanya, akan diberi jamu tradisional yang sesuai dengan takaran yang pas, kata Prof Nala seraya menyebutkan, masyarakat yang memerlukan pengobatan juga bisa memilih cara pengobatan modern atau tradisional.

Praktek pengobatan tersebut menarik perhatian masyarakat Denpasar dan sekitarnya, dengan memanfaatkan kesempatan itu untuk berobat. Pengobatan alternatif tersebut ditangani oleh tenaga-tenaga profesional dari Fakultas Kesehatan Ayur Weda.

Acara pengobatan alternatif menyambut tahun baru Imlek 2561 dan Hari Saraswati yang merupakan turunnya ilmu pengetahuan itu dibuka oleh Ketua KPI Bali Komang Suarsana, yang didampingi Kepala RRI Denpasar, Sudiatmaka Sugriwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com