Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjiplakan Makin Merebak

Kompas.com - 18/02/2010, 03:13 WIB

Karya ilmiah merupakan salah satu pokok terbesar dalam pengurusan kenaikan jabatan dosen. Dengan adanya tunjangan profesi dosen sebesar satu kali gaji pokok dan tunjangan guru besar sebesar dua kali gaji pokok, jumlah pengajuan jabatan juga meningkat.

Menyuruh mahasiswa

Ketua Dewan Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta Wuryadi mengatakan, meluasnya penjiplakan karya ilmiah menunjukkan meningkatnya budaya instan dalam sistem pendidikan. Hal ini didukung lemahnya pengawasan dan pemeriksaan di tingkat universitas.

Secara terpisah Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta A Koesmargono mengatakan, penjiplakan dan pembuatan karya ilmiah ini telah berlangsung lama. Pihaknya telah meningkatkan kewaspadaan, salah satunya dengan memperketat pengkajian karya ilmiah, baik karya dosen maupun mahasiswa.

Banyak kecurangan pembuatan karya ilmiah oleh dosen yang dilakukan dengan memanfaatkan mahasiswanya untuk melakukan penelitian. Biasanya dosen menyuruh satu atau lebih mahasiswa membuat penelitian yang kemudian diklaim sebagai karya dosen tersebut.

Menurut Koesmargono, dalam hal ini mahasiswa berada di pihak yang lemah sehingga mudah dimanfaatkan. ”Praktik-praktik seperti ini sulit diawasi,” katanya.

Di tingkat mahasiswa, maraknya bisnis pembuatan skripsi dan tesis di Yogyakarta dapat dilihat dari banyaknya jasa pembuatan yang berkedok bimbingan dan pengolahan data. Setidaknya terdapat delapan penyedia jasa yang rutin memasang iklan dengan tarif mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta. Biaya ini meliputi pemilihan topik, penelitian, dan pembuatan laporan.

Terima pengunduran diri

Dari Bandung, Pengurus Yayasan Universitas Parahyangan Bandung menerima pengunduran diri guru besar Jurusan Hubungan Internasional, AABP. Atas perbuatan penjiplakan yang telah dilakukan AABP, Universitas Parahyangan menyampaikan penyesalan dan permohonan maaf kepada semua pihak.

”Mulai Selasa (16/2) malam, antara Unpar dan AABP sudah tidak memiliki hubungan kerja. Hasil ini diambil melalui keputusan bersama Pengurus Yayasan Unpar setelah mempertimbangkan banyak hal, seperti rekomendasi senat universitas, dampak buruk penjiplakan, dan dokumen penting terkait hal itu,” kata Rektor Unpar Cecilia Law.

Ke depan, Cecilia mengatakan, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini oleh dunia pendidikan, khususnya Unpar. Unpar selanjutnya akan mawas diri seraya mewujudkan dan meningkatkan beberapa hal demi kemajuan semua sivitas akademika.

Ahli evaluasi pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, S Hamid Hasan, mengatakan, merebaknya kebiasaan penjiplakan di dunia pendidikan adalah akibat dari terpinggirkannya pendidikan karakter dan budaya dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Indonesia lebih menekankan prestasi seseorang dari hasil-hasil tes semata, sedangkan pembentukan karakter justru terabaikan.

”Pendidikan itu tidak cukup menekankan kognitif. Yang utama saat ini bagaimana selama proses pembelajaran sejak di sekolah juga terbentuk karakter dan nilai-nilai yang penting untuk menghadapi kehidupan,” ujar Hamid. (IRE/CHE/ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com