Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Vagina Tak Mengubah Sikap Suami

Kompas.com - 29/04/2010, 12:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Maksud hati mau membuat gairah suami berkobar lagi, ia melakukan operasi vagina. Eh, suami malah tertawa, dan tetap saja malas berhubungan intim. Mengapa vaginoplasty tidak dapat menjadi solusi?

“Saya ingin mendapat saran atau jalan keluar dari masalah saya dengan suami. Saya seorang istri dan telah mempunyai 3 anak.

Sejak enam tahun lalu saya merasa hubungan dengan suami tidak harmonis lagi. Suami sepertinya enggan menyentuh saya. Dia jarang mau memulai berhubungan seks. Kalau saya minta, kadang-kadang dia tolak. Katanya sedang banyak pekerjaan, jadi tidak ingin melakukan.

Melihat keadaan itu, saya berusaha mengoreksi diri. Saya berusaha tampil rapi, harum, dan menarik di depan dia. Saya bahkan sudah melakukan vaginoplasty di Singapura dengan sepengetahuan suami. Pada mulanya waktu saya beritahu ingin vaginoplasty, suami mengatakan untuk apa. Waktu saya jawab untuk memuaskan dia, suami hanya tertawa.

Sesudah vaginoplasty, tidak ada perubahan pada suami. Dia tetap seperti malas atau enggan melakukan hubungan seks. Setelah saya ganggu apa tidak ingin coba hasil vaginoplasty, barulah dia mau melakukan. Namun, selanjutnya suasana kembali seperti biasa, dia tetap dingin.

Mohon saran atau penjelasan apa yang harus saya lakukan menghadapi suami? Mengapa setelah vaginoplasty, suami tidak berubah lebih bergairah? Apa vaginoplasty-nya salah sehingga tidak dirasakan ada perubahan oleh suami?
Apa lagi yang bisa saya lakukan kalau
vaginoplasty saja tidak mengubah suami?”

S.T., Jakarta  

Kurang informasi
Saya pikir Anda harus menjawab pertanyaan saya, mengapa Anda memutuskan untuk vaginoplasty dan siapa yang menyuruh Anda? Pertanyaan ini perlu saya sampaikan karena saya mendapat kesan Anda menganggap dengan vaginoplasty masalah dengan suami pasti beres.

Padahal masalah seksual yang Anda alami dengan suami belum tentu berkaitan dengan keadaan anatomi vagina. Kini pun Anda tetap merasakan masalah yang sama walaupun Anda telah melakukan vaginoplasty.

Masalah pokoknya ialah apa yang sebenarnya terjadi pada suami. Mengapa dia enggan atau malas melakukan hubungan seksual? Apakah karena dorongan seksualnya hilang akibat penyebab tertentu? Apakah dia mengalami gangguan fungsi seksual, misalnya disfungsi ereksi, sehingga menghindari hubungan seksual? Apakah dia mengalami hambatan psikis terhadap Anda, misalnya merasa jenuh atau tidak tertarik lagi? Ini yang harus Anda ketahui dulu.

Bayangkan saja, andaikata suami sebenarnya mengalami hambatan dorongan seksual karena hormon testosteronnya menurun, tentu saja dia enggan atau tidak ingin melakukan hubungan seksual. Dalam keadaan begini, pasti vaginoplasty bukan jalan keluar. Contoh lain, andaikata suami mengalami kejenuhan terhadap Anda, tentu vaginoplasty juga bukan jalan keluar mengatasi masalah Anda.    

Saya yakin tidak ada yang salah dengan teknik operasi vaginoplasty, apalagi dilakukan oleh tenaga yang memang ahli. Kesalahan terletak pada keputusan Anda memilih dan meminta vaginoplasty.

Bukan solusi
Mungkin Anda kurang mendapat informasi mengenai masalah seksual berkaitan dengan apa yang dialami suami. Mungkin juga Anda kurang informasi mengenai manfaat vaginoplasty sehingga mendapat kesan seakan-akan vaginoplasty dapat mengatasi semua masalah seksual.

Keputusan vaginoplasty akhirnya terjadi karena Anda meminta, sementara dokter di Singapura hanya memenuhi permintaan tanpa memberikan informasi dan konseling yang cukup.  

Jadi saya boleh simpulkan, vaginoplasty yang Anda lakukan bukanlah jalan keluar yang benar untuk mengatasi masalah Anda. Oleh karena itu, suami tetap saja enggan atau tidak ingin melakukan hubungan seksual. Dengan kata lain, itu bukan upaya terakhir yang telah Anda lakukan. Boleh jadi Anda dan suami belum berupaya dengan benar.

Saran saya sebagai berikut. Pertama, harus ada kemauan baik dengan suami untuk mengatasi masalah ini. Kedua, harus tahu masalah apa yang sebenarya dialami suami, dengan berkonsultasi lebih jauh dan mendapat pemeriksaan. Ketiga, penanganan harus sesuai dengan gangguan yang terjadi dan penyebabnya. Yang pasti, vaginoplasty bukan jalan keluar yang benar. @

Konsultasi dijawab Prof DR dr Wimpie Pangkahila Sp And

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau