JAKARTA, KOMPAS -
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, cacing perut yang ditularkan melalui tanah masih menjadi permasalahan kesehatan mendasar. Kecacingan tersebar luas, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan.
Umumnya, ada tiga jenis cacing, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator americanus), serta cacing cambuk (Trichuris trichuria).
Masalah kecacingan tidak dapat dianggap remeh. Dokter spesialis anak sekaligus Koordinator Indonesia Sehat Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, Dani Hendarman Supandji, mengatakan, kecacingan memengaruhi tumbuh kembang anak.
Cacing dapat menyerang mukosa usus dan mengisap makanan (karbohidrat dan protein)
”Anak kemudian menjadi lemas, mudah sakit, seperti sakit perut dan mencret. Anak yang sakit itu lalu sering kali tidak masuk sekolah sehingga proses belajarnya terganggu,” ujarnya. Biaya yang harus dikeluarkan akibat dari cacingan kemudian menjadi besar.
Tjandra Yoga mengatakan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah berniat menurunkan prevalensi cacingan hingga di bawah 20 persen tahun 2015. Hal itu dapat dicapai, antara lain, dengan meningkatkan cakupan pemberian obat cacing kepada anak sekolah dasar.
”Pemberian obat cacing albendazole dilakukan secara massal, terutama di daerah yang prevalensi cacingannya di atas 10 persen. Selain itu, prevalensi cacingan juga harus diputus mata rantainya dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama cuci tangan pakai sabun,” ujarnya.