Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lindungi Si Kecil dari Hepatitis

Kompas.com - 03/08/2010, 07:28 WIB

Infeksi virus hepatitis B telah lama dikenal keganasannya lantaran dapat berkembang menjadi ganas dan merusak organ hati. Tak hanya pada orang dewasa, bayi justru rentan tertular virus tersebut dan risiko infeksi mengganas justru lebih besar pada bayi ketimbang orang dewasa.

Tak mengherankan jika dalam peringatan Hari Hepatitis pada 28 Juli lalu, imunisasi hepatitis B dini menjadi salah satu yang disuarakan para pemerhati penyakit itu. Hari Hepatitis Sedunia tahun ini merupakan peringatan pertama.

Indonesia bersama Brasil berperan besar dengan mengusulkan kepada Executive Board Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada sidang organisasi itu, Mei lalu, agar hepatitis menjadi isu dunia. Usul itu diterima dan ditetapkan pada 28 Juli, sesuai hari lahir Dr Baruch Blumberg yang menemukan hepatitis B pada 1965.

Unggul Budihusodo dari Divisi Hepatologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengungkapkan, hepatitis merupakan peradangan hati yang kebanyakan disebabkan infeksi virus. Ada lima virus hepatitis yang umum, yakni A, B, C, D, dan E.

Hepatitis A dan E ditularkan melalui feses dan makanan serta minuman yang terkontaminasi. Orang kerap menyebut hepatitis A dengan sakit kuning. Kedua jenis hepatitis ini umumnya dapat sembuh sendiri dan tak berbahaya. Sedangkan hepatitis B, C, dan D jauh lebih berbahaya.

Virus hepatitis berada dalam darah dan cairan tubuh. Penularan virus hepatitis B, misalnya, lewat transfusi darah, hubungan seksual tidak aman, penggunaan jarum suntik/atau alat tajam tidak steril, cuci darah, cangkok organ, serta penularan dari ibu ke bayi (vertikal). Namun, ada juga peradangan hati atau hepatitis yang terjadi karena metabolisme atau keganasan kanker.

Hepatitis B dan C merupakan masalah besar di dunia dan jumlah pengidapnya terus bertambah. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, dalam sebuah seminar baru-baru ini, mengatakan, 400 juta penduduk dunia sedang terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dan 170 juta orang menderita hepatitis C. Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam hal jumlah pengidap setelah dua negara berpenduduk besar lainnya, yakni China dan India. Diperkirakan, pengidap hepatitis B dan C di Indonesia mencapai 20 juta orang.

Dari ibu ke bayi

Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan angka Anti-HBc sebesar 34 persen dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Perjalanan hepatitis B menahun sering kali tanpa gejala selama bertahun-tahun sehingga seseorang tidak sadar mengidap virus tersebut dan berpotensi menularkan. Terkadang keluhannya hanya lemas, lekas lelah, gangguan pencernaan, kembung, mual, dan hilang nafsu makan. Jika yang mengidap virus hepatitis B itu seorang calon ibu, ada risiko penularan dari ibu ke anak.

M Juffrie dari Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, dalam acara temu media mengenai hepatitis, pekan lalu, menyatakan, jika ibu positif HBsAG dan HBeAG, risiko anak tertular 70 persen-90 persen. Jika ibu hanya positif HBsAG, 5-20 persen risiko anak tertular.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com