Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Orang Tak Sadar, Dia Sakit Jiwa

Kompas.com - 06/08/2010, 22:46 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Ahli kejiwaan Universitas Sumatera Utara (USU) dr. Vita Camellia SpKJ, Jumat (6/8/2010) mengatakan banyak masyarakat yang tidak menyadari sedang mengalami gangguan kepribadian/kejiwaan atau biasa disebut obsesif kompulsif (Obsessive Compulsif Disorder).

Hal itu dikatakannya dalam simposium dan workshop Obsessive Compulsif Disorder and Using Hamilton Rating Scale For Depression (HAM-D) in Clinical Practice di Medan.

Ia mencontohkan orang yang mengidap Obsessive Compulsif Disorder (OCD) khawatir di tangannya terdapat kuman.

Bahkan, setelah membasuhnya dengan sangat bersih, akan tetap merasa di tangannya masih terdapat kuman yang mengakibatkan ia terus membasuh tangannya berulang-ulang.

Secara berkala, hal ini akan menyebabkan depresi hingga gangguan kejiwaan. Gangguan ini ditandai adanya pikiran, impuls, bayangan, ruminasi dan ide yang berulang-ulang yang disebut sebagai obsesi.

Gangguan tersebut biasanya terjadi pada umur 22 tahun. Gangguan obsesif kompulsif ini diperkirakan bisa mencapai dua hingga tiga persen dari populasi di satu daerah.

"Namun, hingga saat ini untuk Sumut tak bisa dipersentasekan. Karena, masih sangat banyak masyarakat yang tak sadar mengalami gangguan tersebut," katanya.

Menurut dia, jika gangguan ini disembunyikan atau memang seseorang itu tidak mengetahui secara klinis, efeknya akan berdampak pada depresi hingga gangguan jiwa.

Namun, secara perlahan gangguan itu bisa menjangkiti individu, tergantung pendidikan, latar belakang sosial dan ekonomi hingga keturunannya.

Untuk itulah, Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Sumut menggelar simposium dan workshop bagi kalangan kesehatan, baik dokter umum, spesialis, psikiater hingga mahasiswa.

Simposium dan workshop itu diperuntukkan bagi dokter umum sebagai garis depan dalam pelayanan primer yang juga memerlukan pengetahuan mengenai gangguan obsesif kompulsif ini.

"Sehingga mampu memberikan pertolongan pertama pada pasiennya. Karena walau penelitian dan buku telah banyak menuliskan tentang gangguan ini, para psikiater sendiri masih banyak yang bertanya apa yang harus dilakukannya terhadap sang pasien," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com