Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinda Nawangwulan: Survivor Kanker Payudara Tidak Sendiri

Kompas.com - 02/11/2010, 10:50 WIB

KOMPAS.com - Kesadaran perempuan untuk memeriksakan diri atas bahaya kanker payudara masih rendah. Kanker pembunuh banyak perempuan di seluruh dunia ini tak bisa dianggap sebelah mata. Faktanya, di Indonesia, 50 persen dari sekitar 20.000 perempuan yang terdeteksi mengidap kanker payudara, sudah berada pada stadium yang terlambat untuk disembuhkan.

Tak hanya bicara angka. Yang lebih memprihatinkan adalah kondisi penderita kanker payudara. Pada umumnya, penderita kanker mengalami gangguan emosional. Emosi mereka tidak stabil, merasa sedih, sendiri, dan merasa tak sempurna secara fisik. Semua emosi ini berkecamuk berbarengan dengan perjuangan penderita kanker untuk bertahan hidup, sembuh dan kembali normal.

"Stres dapat muncul bahkan sebelum penderita kanker payudara menjadi pasien. Stres muncul saat mereka menunggu hasil lab, melihat pasien lainnya yang telah botak, duduk di kursi
roda dan mencium bau obat-obatan di rumah sakit," aku Dinda Nawangwulan, pendiri komunitas yang juga adalah survivor.

Berita baiknya, semakin banyak pihak terlibat menumbuhkan kewaspadaan perempuan atas penyakit berbahaya ini. Seperti dilakukan komunitas yang fokus dan peduli kanker payudara di Indonesia, Pink Shimmer Inc.

Bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI), komunitas ini memajang 10 foto wajah survivor kanker payudara pada akhir Oktober lalu. Tujuannya, meningkatkan kesadaran perempuan tentang bahaya kanker payudara dan menumbuhkan kewaspadaan dengan bersikap lebih peduli untuk memeriksakan kesehatan payudara lebih dini.

Pameran foto bertajuk "Tidak Sendiri..." ini menunjukkan ketegaran dan semangat hidup survivor, dan bukan mengeskploitasi penyakit, kata Dinda.

Foto wajah survivor yang dipajang dan dilelang ini dimaksudkan untuk menggalang dana. Namun selain itu, pesan yang jauh lebih penting adalah mendorong semangat hidup para survivor dan mengetuk hati perempuan lain untuk peduli, setidaknya atas kesehatannya sendiri.

Karena menurut Dinda, sebagai survivor, ia merasakan kesedihan mendalam ketika harus menjalankan segala pengobatan dan terapi. Beruntung Dinda mendapat banyak dukungan menjalani proses pengobatan. Pengalaman inilah yang ingin dibagi kepada perempuan lain. Bahwa mereka, terutama para survivor, tidak pernah sendirian.

"Perempuan harus rajin memeriksakan diri (payudara) sebelum terlambat. Masyarakat juga harus ikut peduli," tegas Dinda yang menjalani mastectomy, pengangkatan payudara dan kemudian merekonstruksi payudara tersebut, untuk menyembuhkan diri dari kanker payudara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com