KOMPAS.com — Pijat bayi memang cara kuno, tetapi tetap bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan bayi. Pijatan dan sentuhan pada tubuh mungil bayi Anda juga menjadi ungkapan cinta yang akan mempererat ikatan batin orangtua dan anak. Itu sebabnya para ahli menganjurkan pijat bayi dilakukan oleh ayah atau ibu, bukan diserahkan ke dukun pijat.
Tak hanya orang dewasa yang suka dipijat. Bayi pun perlu dipijat, terutama saat ia rewel yang menandakan ada rasa tidak nyaman pada tubuhnya. Beberapa orangtua bahkan akan segera membawa si kecil ke dukun pijat bila anaknya jatuh dari tempat tidur, tampak gelisah saat tidur, tidak mau makan, bahkan batuk dan pilek.
Membawa dua anaknya yang masih balita ke dukun pijat juga menjadi kebiasaan Katrine (42), karyawan swasta yang bertempat tinggal di kawasan Bintaro, Jakarta. "Biasanya sih kalau habis dipijat mereka jadi doyan makan dan tidurnya anteng, enggak seperti baling-baling lagi. Karena itu, saya selalu membawa mereka ke tukang pijat sebulan sekali," tutur perempuan asal Bandung ini. Ia mengaku tidak berani memijat sendiri karena khawatir malah akan membuat anaknya salah urat.
Lain lagi dengan Damar (40). Pria kelahiran Yogyakarta ini justru lebih suka memijat putranya sendiri. Ia sengaja membeli VCD dan buku tentang cara memijat bayi. Damar juga banyak bertanya kepada bidan di sebuah rumah sakit swasta terkemuka di Jakarta, yang menangani istrinya selama masa kehamilan hingga melahirkan. Sekarang putranya sudah berusia empat tahun dan masih rutin ia pijat.
"Sejak dia bayi saya sendiri yang memijatnya. Ia enggak pernah nangis, malah seperti menikmati. Saat memijat dia tuh rasanya luar biasa, membahagiakan sekali," ungkapnya.
Usia tiga bulan
Pijat bayi, diungkapkan Dr Utami Roesli SpA, IBCLC, CIMI, merupakan terapi sentuh paling kuno dan populer. Meski kuno, pijat bayi tetap banyak manfaat dan sebaiknya dilakukan secara rutin, setidaknya sebulan sekali.
Sejumlah ahli menyatakan, pemijatan sebaiknya dilakukan setelah bayi melewati usia tiga bulan ketika fisik bayi tidak lagi terlalu lemah untuk dipijat. Sementara ahli lain menyarankan pemijatan dilakukan mulai usia bayi beberapa minggu dengan alasan pijatan dapat membantu bayi melewati masa transisi dari dalam rahim ke dunia luar.
Bagi orangtua yang belum terbiasa memijat, ada baiknya berkonsultasi ke dokter anak atau tenaga ahli terlatih, misalnya bidan.
Hasil suatu penelitian menyatakan, pijat bayi berperan penting meningkatkan ketenangan, pencernaan, dan berat badan si kecil. Studi di Amerika menunjukkan, pijatan lembut pada tubuh bayi prematur tiga kali sehari selama dua minggu dapat meningkatkan berat badan bayi 47 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bayi prematur yang tidak dipijat. Bayi-bayi yang dipijat juga terlihat lebih responsif.
Selain itu, sistem imun juga akan meningkat. Ketidaknyamanan seperti sakit perut, pilek, dapat segera hilang. Menurut Association of Infant Massage, pijat bayi membuat pencernaan bayi, sirkulasi darah, serta kekuatan otot menjadi lebih baik.
Nyeri perut mereka, nyeri pada gusi dan rahang selama proses pertumbuhan gigi juga akan berkurang. Pijat juga merangsang sistem imun. "Tentu saja ini sangat menenangkan bayi," ujar Lorraine Tolley dari The Guild of Infant and Child Massage.
Mengurangi stres
Bayi atau anak-anak yang secara berkala dipijat orangtuanya mempunyai kadar kecemasan dan hormon stres yang rendah. Studi di Touch Research Institute, University of Miami School of Medicine, AS, mengungkapkan, terapi sentuhan akan menurunkan kadar hormon stres kortisol, dan sebaliknya meningkatkan kadar serotonin dan dopamin yang berperan dalam menciptakan rasa nyaman. Pijatan juga diketahui dapat memperbaiki kualitas tidur bayi dengan cara menenangkan sistem saraf.
Dijelaskan penulis buku The Happy Child, Linda Blair, yang juga ahli psikologi klinis, pijat memiliki efek pada sistem limbik di otak di mana tersimpan emosi-emosi positif. Sentuhan yang rutin dilakukan itu akan menguatkan perasaan positif pada bayi. Ini memberikan rasa aman bagi bayi sehingga ia akan memiliki daya hidup yang lebih baik.
Meski demikian, ada waktu-waktu tertentu bayi sebaiknya tidak dipijat, misalnya bila bayi sedang mengalami demam, muncul ruam-ruam pada kulit tubuhnya, atau sedang mengalami masalah pada persendian. Bayi atau anak yang baru saja diimunisasi juga tidak boleh dipijat.
Bagi orangtua, proses memijat membuat Anda lebih bisa memahami si kecil sehingga mampu memberikan respons cepat terhadap apa saja yang diperlukan anak.
Sebuah studi di Queen Charlotte & Chelsea Hospital di London menyatakan, pijat bayi membuat orangtua lebih percaya diri atas kemampuan asuh mereka. Pijat juga membantu ibu lebih cepat pulih dari depresi setelah melahirkan. (E Saptorini)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.