Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Sel Darah Putih Mengganas

Kompas.com - 16/02/2011, 06:29 WIB

Faktor apa saja yang bisa menyebabkan seorang anak terkena leukemia sampai sekarang belum bisa dipastikan. Namun, ada faktor risiko yang menyebabkan seseorang berpeluang terkena leukemia, yaitu faktor genetik dan gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau terpapar asap rokok. Kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat, yaitu mengandung bahan kimia, juga meningkatkan risiko anak terkena leukemia.

Menurut Anky, gaya hidup yang semuanya ingin serbacepat memengaruhi pola konsumsi makanan dan minuman. Orangtua dan anak-anak sekarang maunya serbapraktis. Mereka lebih memilih mengonsumsi makanan dan minuman yang siap makan dibandingkan dengan harus memasak sendiri.

Padahal, makanan dan minuman dalam kemasan ini, kalau dikonsumsi terus-menerus, akan berdampak pada kesehatan. Makanan dalam kemasan biasanya mengandung bahan pengawet, pemanis buatan, dan pemberi rasa sintetis yang semuanya berbahan kimia.

Kondisi lingkungan yang buruk juga bisa meningkatkan risiko anak terkena leukemia. Anak-anak yang lebih sering terpapar gelombang elektromagnetik dari saluran listrik tegangan tinggi, terkena radiasi, dan tinggal di lingkungan polutif lebih berisiko terkena kanker.

Kemajuan teknologi

Meski penyakit leukemia masih sulit disembuhkan, tetapi tetap ada peluang kesembuhan bila sejak awal sel-sel darah putih yang mengganas ini bisa dideteksi. Menurut Eddy, bila yang mengganas adalah sel darah putih dari jenis limfosit, peluang disembuhkan lebih besar. Namun, bila yang mengganas adalah jenis monosit yang bentuk kepingannya lebih besar dari limfosit maka akan lebih sulit disembuhkan.

Pada tahap awal, upaya untuk membunuh sel kanker darah adalah dengan kemoterapi, yaitu memberikan obat antikanker pada pasien. Obat-obatan ini bisa diberikan dengan cara ditelan, disuntikkan langsung ke pembuluh darah, otot, di bawah kulit atau di antara dua ruas tulang belakang.

Sayangnya, kata Eddy, masih banyak orang takut menghadapi kemoterapi. Kemoterapi tidak hanya membunuh sel kanker, tetapi juga sel-sel lain yang sehat.

Akibatnya, muncul dampak yang biasa disebut sebagai efek samping. Efek samping yang biasa muncul antara lain mual, muntah hebat, diare, sariawan, rambut rontok, sensitif terhadap sinar matahari, infeksi, demam, dan sulit buang air besar.

Namun, teknologi pengobatan sekarang sudah bisa meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, antara lain ada obat-obatan untuk mengatasi mual, muntah, dan nyeri hebat yang muncul karena serangan kanker.

Obat-obatan yang diberikan tergantung dari seberapa hebat mual, muntah, dan nyeri yang dirasakan pasien. Untuk nyeri tingkat tinggi, misalnya, biasanya dokter memberikan morfin dalam kadar rendah.

Oleh Lusiana Indriasari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com