Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imunisasi Pekerja Kesehatan Mendesak

Kompas.com - 23/05/2011, 03:53 WIB

Jakarta, Kompas - Imunisasi influenza bagi tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien, yaitu dokter, bidan, dan perawat, mendesak dilakukan. Mereka rentan terpapar virus influenza yang dibawa oleh pasien dan berisiko menularkan kepada pasien lain ataupun masyarakat umum.

”Sebanyak 18-32 persen tenaga kesehatan tertular influenza dari pasien rumah sakit yang ditanganinya,” kata Direktur Medik dan Kebijakan Publik Sanofi Pasteur Wilayah Asia Pasifik Mark Simmerman dalam diskusi ”Pahami dan Cegah Influenza: Dari Musiman hingga Pandemik”, Sabtu (21/5) di Jakarta.

Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Samsuridjal Djauzi menambahkan, 75 persen petugas kesehatan yang menderita influenza tetap bekerja hingga menularkan kepada pasien lain. Akibatnya, masa rawat pasien di rumah sakit menjadi lebih lama dan membuat biaya kesehatan makin besar.

Selain itu, penularan influenza pada pasien dengan penyakit kronik, seperti asma, jantung, diabetes, dan gagal ginjal, membuat risiko kematian mereka makin tinggi.

Influenza yang dimaksud bukan batuk pilek disertai demam yang banyak diderita masyarakat dan mudah disembuhkan dengan obat bebas atau istirahat cukup kurang dari tiga hari. Batuk pilek dengan demam itu dalam dunia kedokteran disebut sebagai penyakit mirip influenza (influenza-like illness/ILI).

Adapun influenza yang dimaksud adalah penyakit yang ditularkan oleh virus, dengan tingkat keparahan beragam mulai ringan hingga berat, bahkan bisa memicu kematian, seperti flu burung (H5N1) atau flu babi (H1N1). Gejala awal influenza ini sama dengan ILI, tetapi influenza menyerang lebih lama. Bila gejala batuk pilek terjadi lebih dari tiga hari, penderita perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan penyakitnya.

Biaya mahal

Menurut Samsuridjal, imunisasi influenza bagi tenaga kesehatan sebenarnya merupakan kebutuhan. Namun mahalnya biaya, sekitar Rp 100.000 sekali suntik vaksin, membuat banyak tenaga kesehatan, terutama perawat ataupun pengelola rumah sakit, tidak melakukan. Untuk orang dewasa, vaksin influenza diberikan satu kali setiap tahun.

”Di negara maju, 90 persen tenaga kesehatan rumah sakit mendapat vaksin influenza. Bahkan sebelum masuk kerja, mereka sudah divaksin lebih dahulu,” katanya.

Ketua Indonesia Influenza Foundation Cissy B Kartasasmita mengatakan, selain tenaga kesehatan dan penderita penyakit kronik, risiko tinggi influenza juga terjadi pada kelompok orang lanjut usia, yaitu di atas 65 tahun, juga anak di bawah 6 bulan.

”Efektivitas pemberian vaksin bisa melindungi seseorang dari influenza hingga 90 persen,” kata Cissy.

Vaksinasi influenza untuk anak di bawah 9 tahun dilakukan setahun dua kali dengan jarak antarvaksinasi 4 minggu-8 minggu. Adapun mereka yang di atas 9 tahun cukup satu kali setahun. Vaksinasi harus dilakukan setiap tahun karena virus influenza mudah berubah sehingga vaksin yang diberikan pun harus yang terbaru.

Influenza adalah penyakit yang banyak terjadi di sejumlah negara, baik negara maju, berkembang, maupun miskin. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2009, sebanyak 3 juta-5 juta orang terserang influenza setiap tahun. Sebanyak 250.000-500.000 orang meninggal dunia.

Dampak influenza yang ringan sangat mengganggu produktivitas dan kualitas hidup masyarakat. Banyak siswa dan karyawan absen akibat influenza.

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, influenza membuat 15 juta hari kerja hilang dan biaya kesehatan yang ditanggung perusahaan untuk berobat dan perawatan rumah sakit membengkak. Rata-rata kehilangan hari kerja perusahaan mencapai 0,5-15 hari. Produktivitas perusahaan turun hingga 30-70 persen. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com