Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Minum Protein Shake Bisa Menurunkan Berat Badan?

Kompas.com - 11/05/2024, 22:00 WIB
Fadila Rosyada Hariri,
Ria Apriani Kusumastuti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Protein shake, atau susu protein, kerap digunakan untuk meningkatkan asupan protein, yang diyakini dapat membantu mengurangi rasa lapar sehingga berat badan akan berkurang.

Namun, apakah minum protein shake bisa menurunkan berat badan?

Ternyata, protein shake bisa menurunkan berat badan karena memiliki manfaat tertentu, seperti meningkatkan rasa kenyangdan metabolisme tubuh.

Untuk itu, simak penjelasan dan jenis protein shake yang baik untuk dikonsumsi berikut ini.

Apakah minum protein shake bisa menurunkan berat badan?

Ternyata, protein shake bisa menurunkan berat badan karena banyaknya manfaat yang dimilikinya.

Melansir Healthline, berikut beberapa manfaat protein shake untuk menurunkan berat badan yang perlu diketahui.

  • Meningkatkan rasa kenyang

Berbagai hormon terlibat dalam stimulasi dan kontrol nafsu makan, termasuk peptide tyrosine-tyrosine (PYY), glucagon-like peptide 1 (GLP-1), dan ghrelin. 

Baik PYY maupun GLP-1 adalah hormon pengurang nafsu makan, dan studi menunjukkan bahwa diet tinggi protein meningkatkan kadar masing-masing setelah makan.

PYY dan GLP-1 bertindak dengan mengurangi nafsu makan, dan GLP-1 juga menunda pengosongan isi lambung sehingga rasa kenyang juga akan meningkat.

Penelitian juga menunjukkan bahwa protein juga dapat mengurangi hormon ghrelin, yang merupakan hormon untuk merangsang nafsu makan.

Efek pengontrol nafsu makan ini juga terlihat saat mengonsumsi susu protein.

Baca juga: 8 Rekomendasi Olahraga Pagi untuk Menurunkan Berat Badan

  • Meningkatkan metabolisme

Diet tinggi protein, termasuk dengan minum susu protein, dapat meningkatkan pengeluaran energi atau kalori yang dibakar dengan dua cara yang berbeda.

Pertama, tubuh membakar lebih banyak kalori dengan melakukan metabolisme protein daripada karbohidrat atau lemak.

Kondisi ini dikenal sebagai diet-induced thermogenesis (DIT). Nilai DIT untuk protein berkisar antara 15–30 persen, dibandingkan dengan 5–10 persen untuk karbohidrat dan 0–3 persen untuk lemak.

Kedua, diet tinggi protein merangsang gluconeogenesis, proses pembentukan glukosa dari protein atau lemak dalam ketiadaan karbohidrat, yang diyakini membakar kalori ekstra dalam proses ini.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau