Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diagnosis Awal, Dora Idap Von Willebrand

Kompas.com - 10/06/2011, 07:51 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com — Hasil diagnosis awal tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan, Dora Indrayanti Trimurni (25) mengalami penyakit kelainan darah Von Willebrand.

"Jadi kemungkinannya ada subtipe dari Von Willebrand 2N atau 2M," kata dr Shufrie Effendi, SpPD-KHOM, kepada wartawan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Kamis (9/6/2011).

Penyakit Von Willebrand (VWD) adalah salah satu jenis kelainan perdarahan yang paling banyak diderita orang. Faktanya, ia bukan penyakit tunggal, tetapi penyakit keluarga. Jenis penyakit ini disebabkan oleh masalah Von Willebrand Factor (VWF). Jika tidak terdapat cukup VWF dalam darah, atau tidak bekerja dengan baik, pembekuan darah memerlukan waktu lebih lama.

Menurut Shufrie, kelainan perdarahan bisa terjadi karena ada gangguan pada hemotasis primer, hemotasis sekunder, dan hemotasis tersier.

"Dan pada pasien ini, kemungkinan gangguannya adalah hemotasis primer. Hemostasis primer itu yang menentukan fungsi dari trombosit dan pembuluh darah," tutur Shufrie.

Menurut penuturan Shufrie, tahun 2003 merupakan pertama kali Dora mengeluarkan darah di kepalanya. Namun, setelah berjalan kira-kira 6-8 bulan, hal itu tidak terjadi, bahkan sempat berhenti. Dan baru muncul lagi pada dua tahun terakhir ini. "Hasil dari pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah bahwa ada gangguan dari fungsi trombosit," ujarnya.

Terkait dengan adanya gangguan dari fungsi trombosit tersebut, pihaknya melakukan pemeriksaan empat macam fungsi dari trombosit. Di antaranya, pemeriksaan ADP (agregasi trombosit), epinefrin, kolagen, dan ristocetin. Hasilnya pun diketahui bahwa terdapat kelainan pada salah satu fungsi trombosit tersebut, yakni pada ristocetin. Adapun pada pemeriksaan bleeding time (masa perdarahan), menurut Shufrie, hasilnya normal.

"Jadi bleeding time-nya itu tiga menit. Jadi kemungkinannya, kalaupun masih terjadi perdarahan, bisa datangnya dari kelainan trombosit yang ditutupi oleh fungsi vaskuler yang baik sehingga bleeding time-nya tetap normal," katanya lebih lanjut.

Shufrie mengungkapkan bahwa pemeriksaan lain dari hasil ristocetin kemungkinannya adalah penyakit Von Willebrand. "Tipenya kalau yang dari ristocetin, kemungkinan tipe 3, 2A, 2M, atau 2N," tambahnya.

Menurut Shufrie, sampai dua hari ini tim dokter masih fokus memeriksa fungsi trombosit, Von Willebrand, dan masih mencari kelainan dengan imunologi.Adapun  untuk pengobatannya sendiri, Shurie mengaku masih menunggu, dan mencari tahu apa penyebabnya dan di mana letak kelainan dari penyakit tersebut.

Sementara itu, Prof Dr dr Karmel Tambunan, Spesialis Hematologi dan Onkologi mengatakan, kelainan dari perdarahan bisa karena herediter (diturunkan) atau didapat.

"Kalau diturunkan, biasanya dari kecil sudah timbul perdarahan. Misalnya waktu mens pertama kali, ada perdarahan berat maka bisa dipikirkan kalau ini karena turunan," ungkapnya.

Namun, untuk kasus Dora, Karmel menduga kecil kemungkinan herediter. Namun, bisa saja herediter, tetapi ringan, disebabkan kejadiannya baru muncul sesudah dia (Dora) besar. "Jadi kita masih selidiki dulu, apakah ini memang herediter? Kalau herediter, pasti yang ringan, bukan yang berat," katanya.

Saat disinggung, mengapa perdarahan hanya terjadi di satu tempat (kepala) saja, Karmel mengakui pihaknya sampai saat ini belum bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apakah ada masalah khusus pada pembuluh darah di kepala, apakah ada trauma atau tidak, masih tanda tanya," ujarnya. Lebih lanjut Karmel mengungkapkan, kalau memang ternyata penyakit tersebut herediter (diturunkan), tidak bisa diobati. "Jadi penyakit herediter itu sampai sekarang belum bisa diobati," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com