Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Gigitan Anjing

Kompas.com - 29/08/2011, 09:19 WIB

Dr Samsuridjal Djauzi

Di rumah, kami mempunyai anjing sejak dua tahun ini. Anak laki-laki saya yang berumur 8 tahun amat dekat dengan anjing kami. Dua minggu yang lalu, dia digigit anjing kami. Istri saya panik karena takut anak saya akan terjangkit rabies. Untunglah istri saya segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Dokter yang memeriksa menanyakan dengan teliti terjadinya gigitan tersebut. Rupanya anjing saya menggigit anak saya karena kakinya terjepit. Jadi, bukan menggigit secara spontan. Menurut dokter, kemungkinan anak saya tertular rabies amat kecil.

Luka anak saya dibersihkan dan anak saya dibekali dengan antibiotik dan suntikan tetanus, tetapi tidak diberikan vaksin rabies. Dua minggu telah berlalu, anjing kami sehat-sehat saja. Kami merasa gembira karena menurut dokter jika dalam 10 hari atau dua minggu anjing tersebut sehat, berarti tidak mengidap rabies.

Saya mencoba mencari informasi di internet mengenai rabies. Ternyata penyakit ini amat menakutkan. Hampir semua pasien yang terjangkit rabies meninggal dunia, didahului oleh gejala penyakit yang amat menyakitkan. Meski rabies merupakan penyakit yang mematikan, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah dengan mencegah gigitan anjing dan binatang pembawa virus rabies. Di samping itu, vaksin rabies ternyata juga berperan penting mencegah rabies.

Apakah vaksin tersebut sudah tersedia di Indonesia? Ke mana korban gigitan anjing harus berobat agar terhindar dari rabies? Apa yang harus dilakukan pemilik anjing agar anjingnya tak terkena rabies?

M di J .

Penyakit rabies memang masih ada di negara kita ataupun di Asia. Sebenarnya dibandingkan dengan negara lain di Asia, kekerapan penyakit rabies di negeri kita relatif rendah. Setiap tahun kejadian rabies di India mencapai 20.000 kasus, China 2.500 kasus, Filipina 200-300 kasus, Vietnam 9.000 kasus, sedangkan di Indonesia 150 kasus. Namun, pada tahun 2009 dan 2010 memang terjadi peningkatan kasus, terutama di Bali dan Nias. Mudah-mudahan tahun 2011 ini akan menurun kembali. Sekitar 24 provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus rabies. Jakarta termasuk provinsi yang sampai sekarang ini belum ditemukan kasus rabies pada manusia.

Apa yang terjadi jika seseorang digigit anjing yang menderita rabies? Orang tersebut berisiko tertular virus yang dapat menyerang otaknya. Gejala penyakit rabies akan timbul mulai 10 sampai 50 hari. Gejalanya berupa depresi, gelisah, nyeri kepala, dan demam.

Gejala rabies dapat juga disertai kelumpuhan, mulai dari anggota gerak bawah. Rasa gelisah meningkat, dapat disertai kejang, dan produksi air liur juga meningkat. Otot tenggorok mengalami spamus (kejang) jika penderita minum. Spamus ini menyebabkan penderita merasa sakit jika minum air. Karena itu, penyakit rabies sering juga disebut hydrophobia (takut air). Penderita juga dapat menjadi tak sadar (koma). Kematian pada rabies dapat terjadi karena sumbatan jalan napas, kejang, atau kelumpuhan yang luas.

Pengendalian rabies di negeri kita harus dilaksanakan secara terintegrasi. Kerja sama antarkementerian diperlukan, misalnya Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian perlu menjaga agar anjing tak tertular rabies dan tak menggigit manusia.

Dulu ada undang-undang yang mewajibkan jika anjing keluar rumah, mulutnya harus diberangus agar tak menggigit orang. Namun, sekarang banyak anjing yang berkeliaran, tak ada yang memelihara. Anjing ini berisiko tertular rabies. Anjing yang dipelihara dapat dijaga agar tak tertular rabies dengan vaksinasi. Selain itu, populasi anjing juga harus dikendalikan, misalnya dengan operasi agar anjing tersebut tak mempunyai anak.

Kementerian Kesehatan perlu menjaga agar manusia (terutama anak-anak) tak tergigit anjing. Layanan untuk menolong orang yang digigit anjing harus tersedia, termasuk pusat rabies yang mampu melakukan penatalaksanaan untuk mencegah rabies dengan tata laksana pembersihan luka, pemberian imun globulin rabies, dan vaksin rabies. Di pusat rabies juga perlu tersedia sarana untuk pengawasan anjing yang menggigit apakah anjing tersebut menderita rabies. Anjing yang terjangkit rabies biasanya akan mati dalam waktu sepuluh hari.

Sebenarnya vaksin rabies selain digunakan pasca-paparan (gigitan), juga bermanfaat untuk mencegah rabies sebelum terjadi gigitan. Karena itu, dokter hewan, petugas laboratorium, dan mereka yang sering kontak dengan anjing dianjurkan menjalani vaksinasi sebelum terpapar gigitan. Vaksin rabies disediakan oleh pemerintah, tetapi vaksin ini juga dapat dibeli dengan harga yang agak mahal.

Tak semua orang yang digigit anjing perlu divaksin rabies. Dokter akan menilai risiko penularan rabies. Seperti pada anak Anda, anjing Anda merupakan anjing yang terpelihara. Anjing tersebut tidak menggigit secara spontan, tetapi karena kesakitan. Jadi, dapat dimengerti jika dokter yang memeriksa anak Anda memutuskan tak perlu memberikan vaksin rabies. Namun, dia lebih khawatir pada infeksi yang mungkin terjadi, termasuk kemungkinan terjadinya tetanus. Karena itu, luka harus dibersihkan, anak Anda perlu diberi antibiotik dan diberi vaksin tetanus ulangan.

Kita harus mengurangi populasi anjing jalanan karena anjing yang tak dipelihara ini lebih mudah tertular penyakit, termasuk rabies.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com