Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kena Stroke, Perempuan Lebih Berisiko Cacat

Kompas.com - 28/10/2011, 09:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit stroke selama ini lebih sering mengincar kaum pria. Tetapi, bukan berarti perempuan aman dari ancaman penyakit yang dapat menimbulkan kelumpuhan ini.

Menurut spesialis saraf dari  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. M. Kurniawan, dampak dari stroke pada perempuan justru lebih berbahaya ketimbang pria.

"Stroke pada wanita meskipun angkanya lebih sedikit, tapi biasanya menyebabkan morbiditas lebih tinggi dari pada laki-laki. Jadi kemungkinan perempuan mengalami cacat permanen dan bahkan meninggal lebih tinggi ketimbang pria," katanya, saat Konferensi Pers Hari Stroke Sedunia, Kamis, (27/10/2011).

Kurniawan beralasan, hal tersebut bisa jadi karena kultur atau budaya di Indonesia yang menganggap perempuan bukan sebagai tulang punggung keluarga sehingga kurang mendapat perhatian.

"Beda dengan pria. Jadi kalau bapak (suami) kena stroke sekeluarga sibuk ngerawat, tapi kalau ibunya kena stroke bapaknya kadang tidak peduli. Jadi, perawatannya mungkin jadi agak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Itu mungkin salah satu faktor yang berkontribusi terhadap morbiditas yang lebih tinggi pada perempuan," jelasnya.

Jika melihat data penderita stroke yang ada, lanjut Kurniawan, jumlah pria memang lebih banyak ketimbang perempuan. Namun dengan bertambahnya usia harapan hidup, kemungkinan bertambahnya kasus stroke pada perempuan juga semakin besar.

Pada perempuan, risiko menderita stroke biasanya akan meningkat sesudah mengalami menopause. Bahkan peluang mereka mendapatkan stroke akan sama dengan pria. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya produksi hormon estrogen.

Diketahui bahwa hormon estrogen mempunyai fungsi, salah satunya adalah melindungi pembuluh darah, sehingga dapat melindungi seseorang dari penyakit akibat gangguan pembuluh darah, seperti jantung hipertensi dan stroke.

"Kalau hormon estrogen sudah tidak produksi lagi, maka risikonya akan meningkat. Jadi, perempuan pada usia tua dan laki-laki mempunyai risiko yang sama mengalami stroke," ucapnya.

Masalah hormonal bukanlah satu-satunya faktor pencetus stroke. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan stroke, seperti misalnya rokok dan gaya hidup (cenderung mengonsumsi makanan fast food, junk food dan malas aktivitas).

"Jadi dengan gaya hidup seperti itu angka hipertensi naik, diabetes naik. Padahal, hipertensi dan diabetes ujung-ujungnya stroke. Akibat lifestyle seperti ini, kemungkinan terjadi kasus stroke pada usia muda akan semakin tinggi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com